Read, Enjoy and Comment...

Read, Enjoy and Comment...

Kamis, 25 September 2014

ANALISIS PENGARUH LIKUIDITAS TERHADAP PERTUMBUHAN LABA PADA BEI (SKRIPSI 2014)

ABSTRACT

ANALYSIS LIQUIDITY EFFECT OF EARNINGS GROWTH IN THE MINING COMPANY
LISTED IN INDONESIA STOCK EXCHANGE

by:

                                                    Name  : Audra Nailufar
                                                    NPM  : 09 11 0035

This study is based on the premise that a company engaged in the activities of the mining industry are listed in the Indonesia Stock Exchange in business activities that occurred during the accounting period will be presented in the financial statements to be published on the Stock Exchange. Liquidity for existing mining companies on the Stock Exchange can affect the growth of corporate profits. In this case, it can be seen that liquidity plays an important role in controlling the use of rights management company with good corporate debt, without disturbing the continuity of operations and continuity of earned income will still continue to grow increasing. The research method used in this research is quantitative research, the research used data sources are secondary data can be obtained from the website www.idx.co.id. The study population were 28 mining companies mining sub-sectors of oil, gas and mining subsectors metals and minerals research used samples as many as 10 sub-sector mining companies mining oil, gas and mining subsectors metal mineral listed on the Stock Exchange with span the period from 2009 - 2012 research data collection techniques used is taken from the documentation study IDX website and used descriptive analysis using SPSS for processing.
The results obtained showed partial variable cash ratio (X3) effect on earnings change variables for mining companies listed on the Stock Exchange during the period of 2009 – 2012, it can be seen from the partial test results where the value of tcount > ttable. Meanwhile, for the variable current ratio and quick ratio are not partial effect on the dependent variable changes in profits for mining companies listed on the Stock Exchange during the period 2009 - 2012, where the value of tcount < ttable. Simultaneously, independent variables current ratio, quick ratio, and cash ratio has no effect on the dependent variable simultaneously profit growth for mining companies listed on the Stock Exchange during the period 2009 - 2012, where it can be seen from the simultaneous test value of Fcount < Ftable. The magnitude of the coefficient of determination for this study as to have a close relationship. Thus, the percentage of influence of a given independent variable on the dependent is 62.30%, while the remaining was influenced by other variables outside the scope of the study conducted by researchers.


Keywords: Current Ratio, Quick Ratio, Cash Ratio, Earnings Growth.






BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH
Tujuan utama manusia mendirikan perusahaan adalah memperoleh laba. Dan manusia mengukur keberhasilan suatu perusahaan melalui kinerja operasional dan juga posisi keuangan perusahaan yang diperoleh. Laba (penghasilan bersih) merupakan kenaikan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva. Berdasarkan konsep akuntansi, laba adalah selisih lebih antara pendapatan yang berasal dari transaksi perusahaan pada periode tertentu dengan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut. Perubahan laba merupakan peningkatan atau penurunan laba yang diperoleh perusahaan dibandingkan dengan tahun sebelumnya dalam bentuk persentase. Perubahan laba juga dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti adanya perubahan harga jual, perubahan unit yang terjual, perubahan beban operasi, dan perubahan komponen-komponen lainnya termasuk dalam biaya pemenuhan kewajiban lancar perusahaan yang terdapat di dalam laporan keuangan.
Fokus utama suatu laporan keuangan adalah laba, jadi informasi laporan keuangan seharusnya mempunyai kemampuan untuk memprediksi laba di masa depan. Dimana laba sebagai suatu pengukuran kinerja perusahaan merefleksikan terjadinya proses peningkatan atau penurunan modal dari berbagai sumber transakasi. Laba perusahaan diharapkan setiap periodenya akan mengalami kenaikan, sehingga dibutuhkan estimasi laba yang akan dicapai perusahaan untuk periode mendatang. Estimasi terhadap laba dapat dilakukan dengan menganalisis laporan keuangan perusahaan tersebut. Dan analisis laporan keuangan yang dilakukan dapat berupa perhitungan dan interprestasi melalui rasio keuangan. Analisis rasio keuangan dapat membantu para pelaku bisnis dan pihak pemerintah dalam mengevaluasi keadaan keuangan perusahaan masa lalu, sekarang, dan memproyeksikan hasil atau laba yang akan datang. Secara umum, rasio keuangan dapat dikelompokkan menjadi rasio likuiditas, rasio leverage, rasio aktivitas, dan rasio profitabilitas (Riyanto, 2001:36).
Likuiditas berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan laba. Dimana likuiditas itu sendiri merupakan suatu indikator mengenai kemampauan perusahaan membayar semua kewajiban finansial jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Likuiditas tidak hanya berkenan dengan keadaan keseluruhan keuangan perusahaan, tetapi juga berkaitan dengan kemampuannya mengubah aktiva lancar tertentu menjadi uang kas yang mana selain untuk menutupi kewajiban perusahaan, tetapi juga digunakan sebagai penetapan nilai besarnya modal kerja yang dibutuhkan perusahaan dalam memperoleh pendapatan laba suatu perusahaan (Takarini dan Ekawati, 2003:8).
Rasio likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Likuiditas dikelompokkan menjadi rasio lancar (current ratio), ratio cepat (quick ratio), rasio kas (cash ratio) (Umar, 2003:111). Rasio-rasio ini dapat dihitung melalui sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva lancar dan hutang lancar. Dengan aktiva lancar yang besar, maka kegiatan operasional perusahaan menjadi lancar sehingga sehingga pendapatan yang diperoleh meningkat dan ini mengakibatkan laba yang diperoleh meningkat (Takarini dan Ekawati, 2003:7).
 Penetapan besarnya modal kerja yang dibutuhkan perusahaan berbeda-beda. Kegiatan penyediaan modal tersebut bersifat dinamis sehingga harus disesuaikan dengan perkembangan perusahaan. Besarnya modal kerja yang telah ditetapkan merupakan salah satu alat ukur yang dapat dipergunakan untuk menyelesaikan masalah likuiditas perusahaan. Masalah likuiditas merupakan salah satu masalah penting dalam suatu perusahaan yang relatif sulit dipecahkan.
Meskipun dikalangan beberapa pihak beranggapan likuiditas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan laba, karena perusahaan tidak dapat mendayakan hutangnya dalam memperoleh laba, namun beberapa pihak juga ada yang beranggapan bahwa likuiditas sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. Pendapatan perusahaan yang diperoleh dari kegiatan penjualan yang lebih besar dibandingkan total hutang-hutang jangka pendeknya maka perusahaan akan dipastikan mampu membayar hutang-hutangnya. Dengan kata lain melalui analisis rasio lancar (current ratio), ratio cepat (quick ratio), rasio kas (cash ratio), yang merupakan perbandingan antara aktiva lancar, kewajiban lancar, persediaan, kas dan surat surat berharga sebagai ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan suatu perusahaan mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Maka kelangsungan kontinuitas operasi perusahaan tidak akan terganggu, dan pendapatan yang diperoleh menjadi meningkat dan laba yang diperoleh tetap besar (Takarini dan Ekawati, 2003:8).
Namun jika suatu perusahaan menunjukkan ketergantungan terhadap entitas besarnya jumlah hutang jangka pendek dalam membiayai persediaan maupun biaya opersional perusahaan, tidak selaras dengan perolehan keuntungan maka akan menimbulkan resiko yang cukup besar bagi perusahaan, yakni tidak mampunya perusahaan memenuhi kewajiban hutang-hutangnya saat jatuh tempo. Selain itu perusahaan juga akan dihadapkan dengan permasalahan biaya bunga yang semakin tinggi sehingga dapat menurunkan laba perusahaan dan mengganggu kontinuitas operasi perusahaan untuk jangka waktu kedepannya dapat kemungkinan perusahaan akan mengalami situasi pailit (bangkrut) apabila kewajiban tersebut tak mampu lagi di atasi permasalahannya oleh perusahaan.
Lain lagi halnya bila likuiditas dipandang dari sisi kreditur, perusahaan yang memiliki likuiditas yang tinggi merupakan perusahaan yang baik; karena dana jangka pendek kreditur yang dipinjam perusahaan dapat dijamin oleh aktiva lancar yang jumlah relatif lebih banyak. Tetapi juga perlu diperhatikan apabila perusahaan yang memiliki likuiditas yang tinggi maka perusahaan itu menunjukkan kinerja manajemen yang kurang baik karena likuiditas yang tinggi menunjukkan adanya persediaan yang relatif berlebihan, atau karena kebijakan kredit perusahaan yang tidak baik sehingga mengakibatkan tingginya piutang usaha sehingga adanya saldo kas yang menganggur.
Dalam menganalisis rasio likuiditas perlu diperhatikan apakah yang menyebabkan rasio lancar tersebut tinggi. Jika yang menyebabkan likuiditas tersebut tinggi adalah piutang atau persediaan, maka untuk memenuhi kewajiban lancarnya perusahaan harus terlebih dahulu melakukan penagihan atas piutang atau menjual persediaan agar diperoleh kas untuk membayar kewajiban lancar tersebut. Perusahaan harus menanggung risiko bahwa kemungkinan perusahaan tidak dapat membayar kewajiban lancarnya karena perusahaan tidak mampu membayar hutangnya atau tidak dapat menjual persediaannya. Oleh karena itu perusahaan perlu menjaga tingkat likuiditas agar tidak terlalu tinggi ataupun terlalu rendah.
Perusahaan pertambangan seperti yang telah kita ketahui, telah ada sejak jaman VOC menduduki wilayah-wilayaha Indonesia. Hingga pada awal zaman  revolusi Indonesia, perusahaan-perusahaan pertambangan milik Belanda dinasionalisasikan dan manajemen mereka berada dibawah kendali manajer militer orde lama, dan selama itu perusahaan pertambangan di Indonesia terus mengalami stagnasi tahap pembangunan. Pasang surut kegiatan usaha pertambangan menyebabkan wilayah tambang yang banyak dijumpai di beberapa daerah masih mengandung komoditas bahan galian yang berpotensi diusahakan. Selain itu perkembangan teknologi penambangan dan pengolahan, perubahan harga di pasaran, serta kebutuhan komoditas tertentu yang sebelumnya sama sekali tidak mempunyai nilai ekonomi, menyebabkan bahan galian tertinggal pada wilayah bekas tambang yang sebelumnya tidak ekonomis untuk diusahakan menjadi berpotensi ekonomi untuk diusahakan.
Perusahaan pertambangan adalah salah satu perusahaan besar dimana dalam pengoperasiannya memerlukan biaya produksi yang cukup besar serta mengandalkan SDA dan SDM yang unggul demi mewujudkan kesejahteraan perusahaan dalam menghasilkan laba semaksimal mungkin. Sama seperti dengan perusahaan-perusahaan lainnya, fokus utama dari perusahaan pertambangan adalah memperoleh laba. Meskipun dalam kenyataannya tidak jarang kita temui, perusahaan pertambangan sering kali mengalami penurunan tingkat laba atau dapat dikatakan pertumbuhan laba yang tidak stabil.
Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, pertumbuhan laba yang tidak stabil ini dapat terjadi akibat ketergantungan terhadap besarnya jumlah hutang jangka pendek dalam membiayai persediaan maupun biaya opersional perusahaan, yang tidak selaras dengan perolehan keuntungan. Berdasarkan pertentangan pendapat dari beberapa pihak terkait serta fenomena perusahaan yang ada, maka peneliti merasa tertarik untuk menganalisis Pengaruh likuiditas (current ratio, quick ratio, cash ratio) terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI pada periode 2009 – 2012.

B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka peneliti merumuskan masalah, yaitu “Apakah likuiditas (current ratio, quick ratio, cash ratio) berpengaruh terhadap pertumbuhan laba perusahaaan pertambangan yang terdaftar di BEI?”

C. TUJUAN PENELITIAN
            Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari Current Ratio, Quick Ratio, dan Cash Ratio terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI.

D. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan tidak hanya bermanfaat bagi peneliti, tetapi juga bagi perusahaan, serta pihak lain yang membutuhkan.
1.   Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat sebagai bahan masukan apabila peneliti dimintai pendapat mengenai hubungan pengaruh likuiditas terhadap pertumbuhan laba suatu perusahaan.
2.     Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam mengambil keputusan bisnis yang berkaitan dengan keputusan likuiditas dalam memprediksi laba perusahaannya.
3.     Bagi pihak lain sebagai informasi maupun referensi untuk melakukan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pengaruh likuiditas terhadap pertumbuhan laba suatu perusahaan.



BAB II
KAJIAN PUSTAKA


A. PENELITI TERDAHULU
            Merawaty (2005), judul “Analisis Rasio Keuangan terhadap Kinerja Perusahaan di Industry Food dan Beverages yang Terdaftar di BEI”. Dari penelitian diatas, bahwa variabel independen terdiri dari current ratio, quick ratio, working capital to total assets, dan total debt to equity ratio sedangkan variabel dependen yaitu kinerja perusahaan. Berdasarkan hasil penelitian, rasio yang berpengaruh signifikan terhadap perubahan kinerja perusahaan adalah current ratio, total asset turn over dan quick ratio.
            Ermadiani dan Andriyanto (2002), judul “Pengaruh Likuiditas terhadap Profitabilitas pada Perusahaan PT. Kereta Api Indonesia Eksploitasi Sumatera Selatan”. Penelitian ini mengemukakan adanya pengaruh antara likuiditas dengan profitabilitas yang berhubungan dengan laba. Penelitian ini menyimpulkan, (1) perhitungan rasio likuiditas yang terdiri dari rasio lancar dan rasio modal kerja terhadap total aktiva menunjukkan pengaruhnya terhadap rasio profitabilitas tidak konstan, kadang-kadang berbanding lurus, kadang-kadang berbanding terbalik. (2) Rasio likuiditas terhadap rasio profitabilitas memiliki hubungan yang signifikan antara rasio likuiditas dengan rasio profitabilitas. (3) Current ratio dan working capital to total assets mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas.
            Meilina (2008), judul “Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Laba Perusahaan Manufaktur Industry Barang Konsumsi yang Terdaftar di BEI”. Dari penelitian di atas, bahwa variabel independen current ratio, total assets turn over, return on equity dan gross profit margin sedangkan variabel dependen ialah pertumbuhan laba. Berdasarkan hasil penelitian, bahwa keempat ratio yang digunakan berpengaruh signifikan secara parsial simultan terhadap pertumbuhan laba.
            Siagian (2007) telah meneliti, “Analisis Hubungan Rasio Likuiditas dengan Pertumbuhan Laba pada PT. PLN (PERSERO) Wilayah Sumatra Utara Cabang Medan”. Yang berdasarkan hasil penelitiannya bahwa curretnt ratio berhubungan positif dan negatif signifikan terhadap laba, acid test ratio dan cash ratio mempunyai hubungan positif dan signifikan terhadap laba.

B. KERANGKA TEORITIS
1.   Laba
a.   Pengertian Laba
 Laba didefinisikan dengan pandangan yang berbeda-beda. Pengertian laba secara operasional merupakan perbedaan antara pendapatan yang direalisasi yang timbul dari transaksi selama satu periode dengan biaya yang berkaitan dengan pendapatan tersebut. Laba adalah perbedaan antara realisasi penghasilan yang berasal dari transaksi perusahaan pada periode tertentu dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan penghasilan itu (Harahap, 2004:267). Definisi lain atas pengertian laba dikemukakan oleh Baridwan (2001:31) dimana laba didefinisikan sebagai “kenaikan modal (aktiva bersih) yang berasal dari semua transaksi atau kejadian lain yang  mempengaruhi badan  usaha pada
suatu periode kecuali yang timbul dari pendapatan (revenue) atau investasi oleh pemilik.”

b.  Karakteristik Laba
 Menurut Chariri dan Ghozali (2003:214) laba memiliki beberapa karakteristik antara lain sebagai berikut:
1)     Laba didasarkan pada transaksi yang benar-benar terjadi,
2)     Laba didasarkan pada postulat periodisasi, artinya merupakan prestasi perusahaan pada periode tertentu,
3)     Laba didasarkan pada prinsip pendapatan yang memerlukan pemahaman khusus tentang definisi, pengukuran, dan pengakuan pendapatan,
4)     Laba memerlukan pengukuran tentang biaya dalam bentuk biaya historis yang dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan pendapatan tertentu, dan
5)     Laba didasarkan pada prinsip penandingan (matching) antara pendapatan dan biaya yang relevan dan berkaitan dengan pendapatan tersebut.



c.   Pertumbuhan Laba
Laba merupakan salah satu indikator penting dalam mengukur keberhasilan kinerja suatu perusahaan. Adanya pertumbuhan laba dalam suatu perusahaan dapat menunjukkan bahwa pihak-pihak manajemen telah berhasil dalam mengelola sumber-sumber daya yang dimiliki perusahaan secara efektif dan efisien. Suatu perusahaan pada tahun tertentu bisa saja mengalami pertumbuhan laba yang cukup pesat dibandingkan dengan rata-rata perusahaan. Akan tetapi untuk tahun berikutnya perusahaan tersebut bisa saja mengalami penurunan laba. Pertumbuhan laba dihitung dengan cara mengurangkan laba periode sekarang dengan laba periode sebelumnya kemudian dibagi dengan laba pada periode sebelumnya (Warsidi dan Pramuka, 2000)




                Laba bersih tahunt – Laba bersih tahunt-1
      Pertumbuhan laba =                                                                            x 100%
                 Laba bersih tahunt-1

Keterangan :
Laba bersih tahunt = laba bersih tahun berjalan
Laba bersih tahunt-1 = laba bersih tahun sebelumnya

d.     Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Laba
            Menurut Angkoso (2006:31) menyebutkan bahwa pertumbuhan laba dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :
1)        Besarnya Perusahan
Semakin besar suatu perusahaan, maka ketepatan pertumbuhan laba yang diharapkan semakin tinggi.
2)        Umur Perusahan
Perusahaan yang baru berdiri kurang memiliki pengalaman dalam meningkatkan laba, sehingga ketepatannya masih rendah.
3)        Tingkat Utang
Bila perusahaan memiliki tingkat hutang jangka panjang maupun jangka pendek yang tinggi, maka manajer cenderung memanipulasi laba sehingga dapat mengurangi ketepatan pertumbuhan laba
4)        Tingkat penjualan
Tingkat penjualan di masa lalu yang tinggi, semakin tinggi tingkat penjualan di masa yang akan datang sehingga pertumbuhan laba semakin tinggi.
5)        Perubahan laba masa lalu
Semakin besar perubahan laba masa lalu, semakin tidak pasti laba yang diperoleh di masa mendatang.


2.  Analisis Rasio Keuangan
a.   Analisis Rasio Keuangan
Analisis rasio keuangan merupakan salah satu teknik dalam menganalisa laporan keuangan yang banyak digunakan untuk menilai kinerja keuangan suatu perusahaan. Analisis rasio keuangan dilakukan dengan menghubungkan berbagai perkiraan yang terdapat pada laporan keuangan dalam bentuk rasio keuangan. Rasio keuangan dapat menjelaskan atau memberi gambaran kepada penganalisa mengenai baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka rasio tersebut dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standar.
Menurut Kasmir (2008:104), “rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka yang lainnya. Perbandingan dapat dilakukan antara satu komponen dengan komponen dalam satu laporan keuangan atau antarkomponen yang ada diantara laporan keuangan”.

b. Manfaat Analisis Rasio Keuangan
Analisis rasio keuangan bermanfaat baik bagi pihak internal perusahaan maupun pihak eksternal. Bagi pihak internal, analisis rasio keuangan bermanfaat sebagai proses perencanaan dan pengevaluasian prestasi dan kinerja perusahaan dalam memperoleh keuntungan (laba). Sedangkan bagi pihak eksternal, rasio keuangan bermanfaat untuk memperkirakan potensi risiko yang akan dihadapi dikaitkan dengan adanya jaminan kelangsungan pembayaran bunga dan pengembalian pokok pinjaman. Selain itu analisis rasio juga bermanfaat untuk memperkirakan pertumbuhan (prospek) perusahaan di masa yang akan datang.







c. Jenis-jenis Rasio Keuangan
            Secara garis besar rasio keuangan yang digunakan untuk menganalisis laporan keuangan suatu perusahaan dapat dikelompokkan menjadi empat jenis (Darsono dan Ashari, 2005:50) yaitu :
1)      Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)
2)      Rasio Solvabilitas (Leverage Ratio)
3)      Rasio Aktivitas (Activity Ratio)
4)      Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio)

3.   Likuiditas
Likuiditas adalah risiko yang muncul jika suatu pihak tidak dapat membayar kewajibannya yang jatuh tempo secara tunai. Menurut Munawir (2002:31), “likuiditas adalah menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih”. Meskipun pihak tersebut memiliki aset yang cukup bernilai untuk melunasi kewajibannya, tapi ketika aset tersebut tidak bisa dikonversikan segera menjadi uang tunai, maka pihak tersebut dikatakan tidak likuid, hal ini bisa terjadi jika pihak pengutang tidak dapat menjual hartanya karena tidak adanya pihak lain di pasar  yang berminat membelinya. Namun berbeda pada kasus penurunan harga, pasar berpendapat bahwa aktiva tersebut tidak bernilai. Tidak adanya pihak yang berminat menukar (membeli) aktiva kemungkinan hanya disebabkan karena kesulitan mempertemukan kedua belah pihak. Karenanya, risiko likuiditas biasanya lebih besar kemungkinan terjadi pada pasar yang baru tumbuh atau bervolume kecil. Risiko likuiditas merupakan suatu risiko keuangan karena adanya ketidakpastian likuiditas.
Likuiditas termasuk kedalam golongan hutang, dimana hutang adalah kemungkinan pengorbanan di masa yang akan datang untuk manfaat ekonomi yang timbul dari perjanjian saat ini oleh suatu perusahaan atau badan tertentu untuk memindahkan aktiva atau jasa-jasa yang diberikan kepada pihak lain dimasa yang akan datang sebagai hasil kejadian-kejadian atau transaksi-transaksi di masa lalu. Termasuk didalamnya jumlah hutang kepada kreditor (yang memberi pinjaman) atas barang-barang atau jasa yang dibeli dengan kredit, pinjaman uang dalam bentuk wesel bayar, upah dan gaji yang terutang kepada pegawai dan pajak yang terutang kepada pemerintah (Warren dan Philip, 2005:53).
Hutang adalah tuntutan yang di akui oleh UU. Oleh sebab itu UU memberikan para kreditor hak untuk memaksa suatu perusahaan menjual hartanya untuk membayar hutang-hutangnya apabila ia tidak mampu untuk membayarnya. Para kreditor mempunyai hak atas kepemilikan perusahaan tersebut dan harus dibayar penuh sebelum pemilik menerima sesuatu, meskipun untuk pembayaran hutang tersebut ia menggunakn seluruh harta usahanya.

Rasio Likuiditas terbagi atas 3 elemen (Umar, 2003:111) yaitu :
1)        Rasio Lancar (Current ratio)
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menyediakan kas dan pos lancar lain yang bersifat hampir mendekati kas yang berguna untuk memenuhi semua kewajiban yang akan segera jatuh tempo lancarnya.
Formula Current Ratio
                                                                           x 100%


Menurut Syamsuddin (2000 : 44) “tidak ada suatu ketentuan mutlak tentang berapa tingkat current ratio yang dianggap baik atau yang harus dipertahankan oleh suatu perusahaan karena biasanya tingkat current ratio ini juga sangat tergantung pada jenis usaha dari masing-masing perusahaan.” Untuk mengetahui apakah rasio lancar perusahaan baik, hasil perhitungan rasio lancar harus dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya atau dengan industri sejenis.

2)        Rasio Cepat (Quick ratio)
Rasio ini disebut juga acid test rasio yang juga digunakan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Penghitungan quick ratio dengan mengurangkan aktiva lancar dengan persediaan. Hal ini dikarenakan persediaan merupakan unsur aktiva lancar yang likuiditasnya rendah dan sering mengalami fluktuasi harga serta menimbulkan kerugian jika terjadi likuiditas. Jadi rasio ini merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan aktiva lancar yang paling likuid mampu menutupi hutang lancar.

Formula Quick Ratio

                                                                                                      x 100%




3)        Rasio Kas (Cash ratio)
Rasio ini merupakan rasio yang menunjukkan posisi kas yang dapat menutupi hutang lancar dengan kata lain cash ratio merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan kas yang dimiliki dalam manajemen kewajiban lancar tahun yang bersangkutan.
Cash Ratio dapat dihitung dengan formula:  
Formula Cash Ratio                                                                     
                                                                        x 100%
                       

C. KERANGKA KONSEPTUAL
Kerangka konseptual penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
       
Likuiditas (x)

             Current Ratio                                     
                    (X1)                                 H1                                

      
             Quick Ratio                                                                      Pertumbuhan Laba
                    (X2)                                  H2                                           (y)

      
              Cash Ratio                             
                    (X3)                                  H3
                                                             
                                                     Gambar II. 1
Kerangka konseptual


               
Variabel independen dalam penelitian ini adalah current ratio, quick ratio, dan cash ratio. Sementara variabel dependennya adalah pertumbuhan laba. Semakin tinggi current ratio, maka perusahaan semakin likuid dan akan semakin mudah memperoleh pendanaan dari kreditor maupun investor untuk memperlancar kegiatan operasionalnya sehingga laba juga dapat meningkat. Semakin tinggi quick ratio, maka akan semakin likuid perusahaan dalam memenuhi kewajiban hutang lancarnya tanpa mempengaruhi aset-aset persedian. Semakin tinggi cash ratio, maka akan semakin tergambar jelas kemampuan kas yang dimiliki dalam memanajemen kewajiban lancar tahun yang bersangkutan.


D. HIPOTESIS PENELITIAN
Hipotesis adalah pernyataan yang didefinisikan dengan baik mengenai karakteristik populasi (Rochaety dan Latief, 2007:104). Menurut Sugiyono (2006:51)
“Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik.”


Berdasarkan penjelasan dan kerangka konseptual sebelumnya, maka hipotesis penelitian ini adalah :
H1 : Current ratio berpengaruh secara parsial terhadap pertumbuhan laba.
H2 : Quick ratio berpengaruh secara parsial terhadap pertumbuhan laba.
H3 : Cash ratio berpengaruh secara parsial terhadap pertumbuhan laba.
H4 : Current ratio, quick ratio, dan cash ratio berpengaruh secara simultan terhadap pertumbuhan laba. 


 BAB III
METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN
            Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah metode untuk menguji teori-teori tertentu dengan cara meneliti hubungan antar variabel. Variabel ini akan diukur menggunakan instrumen penelitian, sehingga data yang terdiri dari angka dapat dianalisis berdasarkan prosedur statistik (Noor, 2012:38).

B. POPULASI DAN SAMPEL
            Populasi adalah sekelompok orang, kejadian, suatu yang mempunyai karakteristik tertentu, sedangkan sampel adalah bagian populasi yang digunakan untuk memperkirakan karakteristik populasi (Erlina dan Mulyani, 2007:75). Populasi yang diambil pada penelitian ini adalah perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode tahun 2009 – 2012. Jumlah populasi tersebut yaitu 28 perusahaan.
            Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Metode penentuan sampel yang digunakan adalah penentuan sampel secara Purposive Sampling.
            Adapun kriteria yang digunakan untuk pengambilan sampel penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.         Perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI dan tidak didelisting pada tahun 2009 – 2012.


2.         Perusahaan tersebut memakai satuan mata uang rupiah dalam penerbitan laporan tahunannya.
3.         Perusahaan tersebut menerbitkan laporan keuangan dan laporan tahunan pada tahun 2009 – 2012.
Berdasarkan kriteria tersebut, maka didapat sampel perusahaan pertambangan sebanyak 10 perusahaan dari 28 perusahaan pertambangan sub sektor pertambangan minyak, gas bumi dan sub sektor pertambangan mineral  logam yang terdaftar di BEI dengan empat tahun penelitian sehingga total sampel dalam penelitian ini berjumlah 40 sampel.

Tabel III.1
Dafar Perusahaan Pertambangan
sub Sektor Pertambangan Minyak,
Gas Bumi dan sub Sektor Pertambangan Mineral Logam 

No.
Kode
Nama
Perusahaan
Kriteria Penentuan Sampel
Sampel
1
2
3
1.
ADRO
Adora Energy Tbk
-
-
-
2.
ANTM
Aneka Tambang (Persero) Tbk
-
-
3.
APEX
Apexindo Pratama Duta Tbk
-
-
-
4.
ARTI
Ratu Prabu Energi Tbk
Sampel 1
5.
ATPK
ATPK Resource Tbk
Sampel 2
6.
BIPI
Benakat Petroleum Energy Tbk
-
-
7.
BUMI
Bumi Resource Tbk
-
-
-
8.
BYAN
Bayan Resource Tbk
Sampel 3
9.
CITA
Cita Mineral Investindo Tbk
-
-
10.
CNKO
Central Korporindo Int Tbk
Sampel 4
11.
CTTH
Citatah Tbk
Sampel 5
12.
DEWA
Darma Henwa Tbk
Sampel 6
13.
DKFT
Central Omega Resources Tbk
-
-
14.
ELSA
Elnusa Tbk
Sampel 7
15.
ENRG
Energi Mega Persada Tbk
-
-
16.
ESSA
Surya Esa Perkasa Tbk
-
-
-
17.
GTBO
Garda Tujuh Buana Tbk
-
-
18.
INCO
Vale Indonesia Tbk
-
-
-
19.
ITMG
Indo Tambang Raya Megah Tbk
-
-
-
20.
KKGI
Resource Alam Indonesia Tbk
-
-
21.
MEDC
Medco Energi International Tbk
-
-
-
22.
MITI
Mitra Investindo Tbk
Sampel 8
23.
PKPK
Perdana Karya Perkasa Tbk
Sampel 9
24.
PTBA
Bukit Asam Tbk
-
-
25.
PTRO
Petrosea, Tbk
-
-
-
26.
RUIS
Radiant Utama Interinsco Tbk
Sampel 10
27.
SMRU
SMR Utama Tbk
-
-
28.
TINS
Timah (Persero) Tbk
-
-
Sumber : Data diolah berdasarkan IDX statistic periode 2009-2012



Tabel III.2
Dafar Perusahaan Pertambangan
sub Sektor Pertambangan Minyak, Gas Bumi dan
sub Sektor Pertambangan Mineral Logam  yang Menjadi Sampel Peneliti

No.
Nama Perusahaan
Kode
1.
Ratu Prabu Energi Tbk
ARTI
2.
ATPK Resource Tbk
ATPK
3.
Bayan Resource Tbk
BYAN
4.
Central Korporindo Int Tbk
CNKO
5.
Citatah Tbk
CTTH
6.
Darma Henwa Tbk
DEWA
7.
Elnusa Tbk
ELSA
8.
Mitra Investindo Tbk
MITI
9.
Perdana Karya Perkasa Tbk
PKPK
10.
Radiant Utama Interinsco Tbk
RUIS
            Sumber : Data Penelitian 2014


C. SUMBER DATA PENELITIAN
            Penelitian menggunakan data sekunder dalam penelitian ini. Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut, misalnya dalam bentuk tabel, grafik, gambar dan sebagainya sehingga lebih informatif jika digunakan oleh pihak lain. Penelitian mengumpulkan data penelitian melalui website Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id dengan mengunduh laporan keuangan tahunan tahun 2009 – 2012.


D. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN
            Definisi operasional memberikan pengertian terhadap konstruk atau memberikan variabel dengan menspesifisikan kegiatan atau tindakan yang diperlukan peneliti untuk mengukur. Variabel yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah variabel independen dan variabel dependen.
1.      Variabel Independen
Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat) atau variabel lainnya (Sugiyono, 2006:60). Variabel independen dalam penelitian ini terdiri dari current ratio, quick ratio, dan cash ratio.
a.      Current ratio
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menyediakan kas dan pos lancar lain yang bersifat hampir mendekati kas yang berguna untuk memenuhi semua kewajiban yang akan segera jatuh tempo. Dimana semakin tinggi current ratio, maka perusahaan semakin likuid dan akan semakin mudah memperoleh pendanaan dari kreditor maupun investor untuk memperlancar kegiatan operasionalnya sehingga laba juga dapat meningkat.
b.      Quick ratio
Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Penghitungan quick ratio dengan mengurangkan aktiva lancar dengan persediaan. Semakin tinggi quick ratio,
maka akan semakin likuid perusahaan dalam memenuhi kewajiban hutang lancarnya tanpa mempengaruhi aset-aset persedian.
c.       Cash ratio
Rasio ini merupakan rasio yang menunjukkan posisi kas yang dapat menutupi hutang lancar dengan kata lain cash ratio merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan kas yang dimiliki dalam manajemen kewajiban lancar tahun yang bersangkutan.

2.  Variabel Dependen
            Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat adanya variabel bebas (Sugiyono, 2006:62). Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pertumbuhan laba.
            Pertumbuhan laba merupakan data yang diungkap oleh perusahaan berkaitan dengan aktivitas laporan keuangannya, meliputi baik laba yang meningkat maupun laba yang menurun.

Tabel III.3
Tabel Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Variabel
Item
Definisi
Pengukuran
Skala
Independen
Current Ratio
(X1)
Rasio antara aktiva lancar terhadap hutang lancar yang ada di perusahaan

    Aktiva lancar 
                                           x 100%
   Hutang lancar
Rasio
Quick Ratio
(X2)
Rasio antara pengurangan aktiva lancar dengan persediaan terhadap hutang lancar yang ada diperusahaan


  Aktiva lancar –
      Persediaan
                              x 100%
   Hutang lancar
Rasio
Cash Ratio
(X3)
Rasio antara kas terhadap hutang lancar

          Kas
                            x 100%
   Hutang lancar
Rasio
Dependen
Pertumbuhan Laba
(Y)
Data yang diungkap oleh perusahaan berkaitan dengan aktivitas laporan keuangannya

Laba bersih tahunt
Laba bersih tahunt-1
                                  x 100%
Laba bersih tahunt-1

Rasio
Sumber : Data penelitian 2014




E. TEKNIS ANALISIS DATA
            Data penelitian yang telah dikumpulkan dan diolah, kemudian akan dianalisis untuk memperoleh jawaban atas permasalahan yang timbul dalam penelitian ini. Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan analisis statistik yang menggunakan regresi linier berganda dan menggunakan software SPSS. Metode dan teknik analisis yang digunakan dalam regresi linear berganda adalah :
Y =  α + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + €
Keterangan :
Y                =     Pertumbuhan laba perusahaan
 X1                  =     Current ratio
X2               =     Quick ratio
X3               =     Cash ratio
α                 =     Konstanta
b1, b2, b3      =     Koefisien regresi dari setiap variabel independen
€                 =     Faktor error

1.    Pengujian asumsi klasik
            Karena data yang digunakan adalah data sekunder, maka untuk menetapkan ketetapan model perlu dilakukan pengujian atas beberapa asumsi klasik yang mendasari model regresi. Penyimpangan asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:

1.1. Uji Normalitas
Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel penganggu memiliki distribusi normal (Ghozali, 2005:110). Uji normalitas data dapat dilakukan melalui dua cara yaitu analisis grafik dan analisis statistik. Model regresi yang baik adalah yang memiliki nilai residual yang terdistribusi secara normal (Priyatno, 2012:144). Dalam mendeteksi normalitas data dilakukan dengan uji statistiktuk melalui output grafik kurva normal p-p plot dan uji One Sample Kolmogrov Smirnov. Suatu variabel dikatakan normal jika gambar distribusi dengan titik-titik data yang menyebar di sekitar garis diagonal dan penyebaran titik data searah mengikuti garis diagonal serta residual berdistribusi normal jika nilai signifikasi lebih dari 0,05.

1.2. Uji Multikolinearitas
Pengujian ini berguna untuk mengidentifikasi apakah model regresi ditemukan adanya kolerasi atar variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebasnya (Ghozali, 2005:91). Uji multikolinearitas dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan melihat VIF (Variance Inflation Factors) dan nilai tolerance. Jika VIF < 10 dan nilai tolerance > 0,10 maka tidak terjadi gejala multikolinearitas.


1.3. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi telah terjadi ketidaksamaan varian dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali, 2005:105). Konsekuensinya, adanya heteroskedastisitas dalam model regresi adalah penaksir yang diperoleh tidak efisien, baik dalam sampel kecil maupun besar. Pengujian ada atau tidak adanya heteroskedastisitas dalam penelitian ini adalah dengan cara melihat grafik plot nilai prediksi variabel dependen (ZPRED) dengan residunya (SRESID) dengan dasar analisisnya adalah:
a.           Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk suatu pola tertentu, yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit) maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
b.           Jika tidak ada pola tertentu seperti titik-titik menyebar di atas atau dibawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi gejala heteroskedastisitas sehingga mengindikasikan telah terjadi homokedastisitas.

1.4. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode saat ini dengan kesalahan penganggu pada periode sebelumnya. Pengujian ini menggunakan uji Durbin Watson. Pengambilan keputusan ada atau tidak adanya autokorelasi yaitu :
1.  Jika dw < dl atau dw > 4 – dl berarti ada autokorelasi positif
2.  Jika dl ≤ dw ≤ du berarti tidak dapat mengambil keputusan apakah
 autokorelasi positif terjadi atau tidak. 
3.  Jika du < dw < 4 – du berarti ada autokorelasi negatif.

2.    Uji Hipotesis
Adapun pengujian terhadap hipotesis yang diajukan dilakukan dengan cara sebagai berikut:
2.1. Uji Determinasi (R2)
Menunjukkan adanya hubungan yang tinggi atau rendah antara dua variabel berdasarkan nilai R (koefisien korelasi), digunakan penafsiran terhadap angka dalam mengetahui persentase sumbangan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Perhitungan dilakukan dengan R= R2 x 100% (Priyatno, 2012:134).
Menurut Priyatno (2012:100) pedoman untuk menginterprestasikan hasil koefisien korelasi adalah sebagai berikut:
·           Bila nilai koefisien determinasi 0,00 – 0,199 maka akan menghasilkan korelasi yang sangat rendah.
·           Bila nilai koefisien determinasi 0,20 – 0,399 maka akan menghasilkan korelasi yang rendah.
·           Bila nilai koefisien determinasi 0,40 – 0,599 maka akan menghasilkan korelasi yang sedang.
·           Bila nilai koefisien determinasi 0,60 – 0,799 maka akan menghasilkan korelasi yang kuat.
·           Bila nilai koefisien determinasi 0,80 – 1,000 maka akan menghasilkan korelasi yang sangat kuat.



2.2. Uji Simultan (Uji F)
Uji F atau uji koefisiensi regresi secara bersama-sama digunakan untuk mengetahui apakah secara bersama-sama variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Pengujian menggunakan tingkat signifikansi 0,05. Kriteria pengujian yang digunakan adalah sebagai berikut:
·           Jika Fhitung > Ftabel  maka Ho ditolak
Arti secara statistik data yang digunakan untuk membuktikan bahwa semua variabel independen berpengaruh terhadap nilai variabel (Y).
·           Jika Fhitung < Ftabel  maka H0 diterima
Arti secara statistik data yang digunakan untuk membuktikan bahwa semua variabel independen tidak berpengaruh terhadap nilai variabel (Y).

2.3. Uji t (Uji Parsial)
Uji t bertujuan untuk melihat pengaruh variabel bebas yaitu current ratio, quick ratio, cash ratio, terhadap pertumbuhan laba, sebagai berikut:
·           H0 : bi = 0 (artinya tidak berpengaruh secara parsial atas current ratio, quick ratio, cash ratio, terhadap pertumbuhan laba).
·           H0 : bi ≠ 0 (artinya adanya pengaruh secara parsial atas current ratio, quick ratio, cash ratio, terhadap pertumbuhan laba).

Nilai thitung akan dibandingkan dengan ttabel. Kriteria pengambilan keputusan adalah :
·           H0 diterima jika thitung < ttabel  pada α = 0.05
·           H0 ditolak (H1 diterima) jika thitung > ttabel  pada α = 0.05


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN


A. HASIL
1.  GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Indonesia merupakan negara yang berlimpah sumber daya mineral. Hampir semua pulau di Nusantara mengandung berbagai macam mineral yang tersebar di pulau-pulau, dari barat ke timur negara itu. Beberapa komoditas seperti emas dan timah telah ditambang dan diperdagangkan di pasar internasional selama ribuan tahun.
Monopoli yang pernah diadakan oleh VOC yang berdampak migrasi nasional dan internasional menyebabkan perang atas akses yang diperjuangkan oleh VOC, raja-raja lokal, masyarakat lokal dan pengusaha Cina. Hingga pada awal zaman revolusi Indonesia, perusahaan-perusahaan pertambangan milik Belanda, dinasionalisasikan dan manajemen mereka berada dibawah kendali manajer militer pada akhir orde lama. Dan selama itu, perusahaan pertambangan di Indonesia terus mengalami stagnasi tahap pembangunan (Widjayanto pamungkas).
Kegiatan pertambangan telah berlangsung di Indonesia dalam kurun waktu yang panjang, lebih dari seribu tahun. Pasang surut kegiatan usaha pertambangan menyebabkan wilayah tambang yang banyak dijumpai di beberapa daerah masih mengandung komoditas bahan galian yang berpotensi diusahakan. Selain itu perkembangan teknologi penambangan dan pengolahan, perubahan harga di pasaran, serta kebutuhan komoditas tertentu yang sebelumnya sama sekali tidak mempunyai nilai ekonomi, menyebabkan bahan galian tertinggal pada wilayah bekas tambang yang sebelumnya tidak ekonomis untuk diusahakan menjadi berpotensi ekonomi untuk diusahakan.
            Pertambangan sendiri ialah merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka upaya pencarian, penambangan (penggalian), pengolahan, pemanfaatan dan penjualan bahan galian yang meliputi hasil mineral, batubara, panas bumi, dan migas. Perusahaan pertambangan adalah salah satu perusahaan besar dimana dalam pengoperasiannya memerlukan biaya produksi yang cukup besar serta mengandalkan SDA dan SDM yang unggul demi mewujudkan kesejahteraan perusahaan.

2. Deskripsi Analisis Pengaruh Likuiditas (current ratio, quick ratio, cash ratio) Terhadap Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
            Penelitian dilakukan pada perusahaan pertambangan yang terdaftar BEI dengan rentang tahun 2009 – 2012, dengan mengumpulkan data berupa laporan keuangan perusahaan pertambangan yang selanjutnya akan diolah untuk menjawab hipotesis penelitian. Berdasarkan data yang diperoleh peneliti dari BEI yang didapat dari website www.idx.co.id, berikut ini disajikan current ratio untuk perusahaan pertambangan periode tahun 2009 – 2012.
  

Tabel IV.1
Current Ratio Perusahaan Pertambangan yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Periode 2009-2012

No.
KODE
CURRENT RATIO  (X1)
2009
2010
2011
2012
1.
ARTI
201,82
182,06
220,30
152,03
2.
ATPK
280,77
234,20
146,11
140,35
3.
BYAN
87,61
101,34
65,41
115,71
4.
CNKO
203,89
145,99
132,48
163,01
5.
CTTH
97,90
113,17
111,86
112,91
6.
DEWA
15,67
40,08
201,54
141,09
7.
ELSA
153,46
160,43
124,59
136,99
8.
MITI
119,14
126,77
159,15
260,70
9.
PKPK
109,65
119,28
121,68
130,73
10.
RUIS
207,31
149,53
107,69
107,84
               Sumber : Data diolah berdasarkan IDX statistic periode 2009-2012
           
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa selama empat tahun dari periode tahun 2009 – 2012 rasio lancar (current ratio) perusahaan pertambangan berfluktuasi ada yang naik maupun turun.
Berikut ini disajikan quick ratio untuk perusahaan pertambangan periode tahun 2009 – 2012.





Tabel IV.2
Quick Ratio Perusahaan Pertambangan
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Periode 2009 – 2012

No.
KODE
QUICK RATIO  (X2)
2009
2010
2011
2012
1.
ARTI
189,41
163,92
201,64
147,58
2.
ATPK
276,89
230,73
143,73
139,04
3.
BYAN
60,53
80,24
42,42
68,37
4.
CNKO
35,67
62,91
67,39
51,78
5.
CTTH
45,05
44,99
33,76
32,68
6.
DEWA
-
-
162,49
115,00
7.
ELSA
148,41
151,38
119,13
131,49
8.
MITI
87,47
94,91
115,92
199,69
9.
PKPK
78,88
102,12
111,48
122,04
10.
RUIS
204,85
146,77
104,92
105,50
               Sumber : Data diolah berdasarkan IDX statistic periode 2009-2012

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa selama empat tahun dari periode tahun 2009 – 2012 rasio cepat (quick ratio) perusahaan pertambangan berfluktuasi ada yang naik maupun turun, hal ini disebabkan oleh persediaan yang sering mengalami fluktuasi harga.
Berikut ini disajikan cash ratio untuk perusahaan pertambangan periode tahun 2009 – 2012.

Tabel IV.3
Cash Ratio Perusahaan Pertambangan
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Periode 2009 – 2012

No.
KODE
CASH RATIO  (X3)
JUMLAH
2009
2010
2011
2012
1.
ARTI
8,81
53,19
12,97
14,77
89.74
2.
ATPK
-
-
5,00
2,71
7.71
3.
BYAN
33,65
49,05
25,63
38,43
146.76
4.
CNKO
3,63
2,31
3,81
5,50
15.25
5.
CTTH
3,93
10,54
8,94
9,10
32.51
6.
DEWA
26,38
48,17
46,23
18,91
139.69
7.
ELSA
67,71
56,96
34,65
55,03
214.35
8.
MITI
51,08
49,84
58,97
107,83
267.72
9.
PKPK
4,76
10,60
6,21
10,06
31.63
10.
RUIS
37,05
18,68
7,47
7,84
71.04
     Sumber : Data diolah berdasarkan IDX statistic periode 2009-2012

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa selama empat tahun dari periode tahun 2009 – 2012 rasio kas (cash ratio) perusahaan pertambangan berfluktuasi ada yang naik maupun turun.
Berikut ini disajikan perubahan laba untuk perusahaan pertambangan periode tahun 2009 – 2012.




Tabel IV.4
Pertumbuhan Laba Perusahaan Pertambangan
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Periode 2009 – 2012

No.
KODE
PERTUMBUHAN LABA  (Y)
2009
2010
2011
2012
1.
ARTI
-644.37
114,98
-56,49
340,85
2.
ATPK
39.69
-27,10
-4,45
-32,63
3.
BYAN
558.45
443,51
147,26
-73,60
4.
CNKO
67.18
2469,98
29,32
-1,08
5.
CTTH
376.51
-23,45
7069,35
201,08
6.
DEWA
-82.54
-68,16
3982,85
70,86
7.
ELSA
248.65
-86,29
-147,18
349,66
8.
MITI
386598.44
-20,91
289,28
-19,60
9.
PKPK
-33.01
-68,26
-8,89
44,29
10.
RUIS
-38.09
-31,10
-74,66
792,45
      Sumber : Data diolah berdasarkan IDX statistic periode 2009-2012

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa selama empat tahun dari periode tahun 2009 – 2012 pertumbuhan laba perusahaan pertambangan berfluktuasi ada yang naik maupun turun, hal ini disebabkan karena setiap tahun perusahaan tidak selalu menghasilkan pertumbuhan laba yang positif, yang disebabkan oleh berbagai faktor baik eksternal maupun internal dalam melakukan kegiatan operasional kerja perusahaan dalam mencapai perolehan laba.

B. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengolahan data dari rasio likuiditas dan pertumbuhan laba tersebut dengan menggunakan SPSS, berikut ini disajikan hasil pengolahan data tersebut sebagai berikut:


1. Pengujian Asumsi Klasik
1.1. Uji Normalitas
            Pada uji normalitas yang dilakukan uuntuk mengetahui dan menguji model regresi apakah nilai residual yang dihasilkan dari regresi terdistribusi secara normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah yang memiliki nilai residual yang terdistribusi secara normal. Berikut ini disajikan hasil uji normalitas dari pengolahan dengan SPSS dengan metode penyebaran data pada sumber diagonal pada grafik Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual dan tabel uji One Sample Kolmogrov Smirnov.

















Gambar IV.1 Hasil Uji Normalitas
Sumber : Data diolah SPSS
Tabel IV.5
Hasil Uji Normalitas Data

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual
N
40
Normal Parametersa,b
Mean
0E-7
Std. Deviation
221,38073956
Most Extreme Differences
Absolute
,118
Positive
,109
Negative
-,118
Kolmogorov-Smirnov Z
,744
Asymp. Sig. (2-tailed)
,637
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber: Data diolah dengan SPSS


            Berdasarkan hasil pengolahan data pada gambar grafik terrsebut dapat diketahui bahwa titik-titik menyebar secara merata disekitar garis dan mengikuti garis diagonal pada sumbu Y. Serta pada tabel uji one sample kolmogrov smirnov didapat nilai signifikasi (Asymp.Sig.2-tailed) sebesar 0,637, dan karena signifikasi lebih besar dari 0,05 (0,637 > 0,05) maka nilai residual tersebut telah normal.

1.2. Uji Multikolinearitas
Pada uji multikolinearitas untuk mendeteksi gejala korelasi antara variabel independen yang terdapat dalam model regresi. Asumsi multikolinearitas menyatakan bahwa variabel independen harus terbebas dari gejala multikolinearitas. Pada model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi yang sempurna atau mendekati sempurna di antara variabel bebas.
            Berikut ini disajikan hasil pengujian multikolinearitas sebagai berikut:

Tabel IV.6
Hasil Uji Multikolinearitas

Coefficientsa
Model
Standardized Coefficients
Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
1
(Constant)



Current Ratio
,064
,309
3,231
Quick Ratio
-,371
,308
3,245
Cash Ratio
,261
,992
1,008
a. Dependent Variable: Pertumbuhan Laba (Y)
Sumber : Data diolah SPSS


            Pada hasil pengolahan data tabel diatas, berikut diketahui hasil uji multikolinearitas sebagai berikut :
1.      Untuk Variabel X1, nilai tolerance = 0,309 dan nilai VIF = 3,231
2.      Untuk Variabel X2, nilai tolerance = 0,308 dan nilai VIF = 3,245
3.      Untuk Variabel X3, nilai tolerance = 0,992 dan nilai VIF = 1,008
            Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa untuk variabel independen X1, X2, X3 nilai tolerance > 0,10 , sementara untuk nilai VIF < 10 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah multikolinearitas pada model regresi.

1.3. Uji Heteroskedastisitas
            Pada uji heteroskedastisitas untuk mengetahui dan menguji nilai pada  model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual antara satu pengamatan kepada pengamatan lain. Berikut ini disajikan hasil uji heterokedastisitas sebagai berikut :












Gambar IV.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas
Sumber : Data diolah SPSS
           
            Pada hasil pengolahan data dari gambar di atas diketahui bahwa titik-titik yang terdapat pada model regresi di atas tidak membentuk suatu pola yang teratur atau terstruktur secara baik dan sistematis. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah heteroskedastisitas dalam model regresi.

1.4. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode saat ini dengan kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya. Berikut ini disajikan hasil uji heterokedastisitas sebagai berikut :

Tabel IV.7
Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb
Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1
,397a
,158
,088
231,55648
2,145
a. Predictors: (Constant), Cash Ratio, Current Ratio, Quick Ratio
b. Dependent Variable: Pertumbuhan Laba
      Sumber : Data diolah dengan SPSS

Dari hasil output didapatkan nilai statistic uji Durbin Watson, sebesar 2,145 sehingga dapat diperoleh nilai DU = 1,658 dan DL = 1,338 untuk n = 40 dan k = 4. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa DU < DW < 4 – DL tidak terdapat autokorelasi.

2. Uji Hipotesis
2.1. Uji Koefisien Determinasi
            Pada uji koefisien determinasi, untuk mengetahui besarnya korelasi  atau hubungan antara variabel independen terhadap variabel dependen yang ada pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI. Berdasarkan hasil pengolahan menggunakan SPSS, berikut ini disajikan hasil uji koefisien determinasi yaitu:














Tabel IV.8
Hasil Uji Koefisien Determinasi

Model Summaryb
Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1
,397a
,158
,088
231,55648
a. Predictors: (Constant), Cash Ratio, Current Ratio, Quick Ratio
b. Dependent Variable: Pertumbuhan Laba
Sumber : Data diolah dengan SPSS

Berdasarkan hasil pengolahan pada tabel di atas,  bahwa besarnya nilai koefisien determinasi untuk jumlah sampel n = 40 diperoleh nilai R = 0,397, pada signifikan 0,05 (5%), sehingga mempunyai hubungan yang rendah antara variabel independen current ratio, quick ratio, dan cash ratio terhadap dependen pertumbuhan laba untuk perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI selama periode tahun 2009 – 2012. Sedangkan untuk nilai R2 = 0,158 maka besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen = 0,158 x 100% = 15,80% sedangkan sisanya sebesar 84,20% dipengaruhi oleh variabel lain diluar ruang lingkup penelitian yang dilakukan oleh peneliti.

2.2. Uji Simultan (Uji F)
            Pada uji Simultan dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen berpengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Berikut ini disajikan hasil pengolahan data dari sampel penelitian sebanyak n = 40. Berikut ini disajikan hasil uji simultan dari pengolahan dengan menggunakan SPSS sebagai berikut :


Tabel IV.9
Hasil Uji Simultan (Uji F)

ANOVAa
Model
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
1
Regression
361731,607
3
120577,202
2,249
,099b
Residual
1930262,554
36
53618,404


Total
2291994,161
39



a. Dependent Variable: Pertumbuhan Laba
b. Predictors: (Constant), Cash Ratio, Current Ratio, Quick Ratio

Sumber : Data diolah SPSS
           
Berdasarkan hasil pengolahan pada tabel di atas, diketahui bahwa nilai diperoleh Fhitung = 2,249 , sedangkan untuk jumlah sampel n = 40, dimana df(1) = 3 dan df(2) = 36, diperoleh Ftabel = 2,866, maka dapat disimpulkan bahwa nilai Fhitung < Ftabel maka variabel indenpen yang terdiri dari current ratio, quick ratio, cash ratio secara bersama-sama tidak berpengaruh secara simultan terhadap variabel dependen yaitu pertumbuhan laba untuk perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI.

2.3. Uji Parsial (Uji t)
Pada uji parsial, yang dilakukan untuk mengetahui variabel independen yaitu current ratio, quick ratio, cash ratio berpengaruh secara parsial terhadap variabel dependen yaitu pertumbuhan laba perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI. Berikut ini disajikan hasil pengujian parsial sebagai berikut :



Tabel IV.10
Hasil Uji Parsial (Uji t)


Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t
Sig.
B
Std. Error
Beta
1
(Constant)
150,051
114,567

1,310
,199
Current Ratio
,285
1,234
,064
,231
,819
Quick Ratio
-1,417
1,052
-,371
-1,348
,186
Cash Ratio
2,623
1,545
,261
1,697
,098
a. Dependent Variable: Pertumbuhan Laba
Sumber : Data diolah SPSS

            Pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa :
a.         Variabel X1, nilai thitung = 0,231 sementara untuk n = 40  maka ttabel = 1,684 maka variabel X1, thitung < ttabel, 0,231 < 1,684. Dengan demikian variabel current ratio (X1) tidak berpengaruh secara parsial terhadap variabel dependen pertumbuhan laba untuk perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI.
b.        Variabel X2, nilai thitung = -1,348 sementara untuk n = 40  maka ttabel = 1,684 maka variabel X2, thitung < ttabel, -1,348 < 1,684. Dengan demikian variabel quick ratio (X2) tidak berpengaruh secara parsial terhadap variabel dependen pertumbuhan laba untuk perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI.
c.         Variabel X3, nilai thitung = 1,697 sementara untuk n = 40  maka ttabel = 1,684 maka variabel X3, thitung > ttabel, 1,697 > 1,684. Dengan demikian variabel cash ratio (X3) berpengaruh secara parsial terhadap variabel dependen pertumbuhan laba untuk perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI.


3. Uji Regresi Linear Berganda
            Pada uji regresi linear berganda dari pengolahan SPSS, berikut ini disajikan hasil regresi linear berganda sebagai berikut :
Tabel IV.11
Hasil Regresi Linear Berganda

Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t
Sig.
B
Std. Error
Beta
1
(Constant)
-275219.685
143574.625

-1.917
.104
Current Ratio
609.785
343.740
.745
1.774
.126
Quick Ratio
-312.615
236.416
-.552
-1.322
.234
Cash Ratio
1049.320
355.758
.766
2.950
.026
a. Dependent Variable: Pertumbuhan Laba

Sumber : Data diolah SPSS

            Berdasarkan hasil regresi linear berganda pada tabel diatas, maka diperoleh hasil regresi linear berganda dari jawaban responden yaitu  Y =  α + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3, Y =  -275219,685 + 609,785 X1 – 312,615 X2 + 1049,320 X3 pada tingkat signifikan 0,104.

C. PEMBAHASAN TEORI
Dari pembahasan statistik yang telah diungkapkan diatas, didapat bahwa variabel X1 (Current Ratio) tidak berpengaruh secara parsial terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan pertambangan 2009 – 2012, hal ini disebabkan karena current ratio yang menggambarkan perbandingan nilai aktiva lancar dengan hutang lancar perusahaan pertambangan tergambar positif, meskipun current ratio perusahaan pertambangan tetap mengalami fluktuasi naik maupun turun setiap tahunnya, namun kondisi ini tidak mempengaruhi perusahaan dalam memperdayakan labanya setiap tahun. Maka kondisi ini bertentangan dengan teori yang diungkapkan bahwa dengan aktiva lancar yang besar maka kegiatan operasional perusahaan menjadi lancar sehingga sehingga pendapatan yang diperoleh meningkat dan ini mengakibatkan laba yang diperoleh meningkat (Takarini dan Ekawati, 2003:7).
Untuk variabel X2 (Quick Ratio) tidak berpengaruh secara parsial terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan pertambangan 2009 – 2012, hal ini disebabkan karena quick ratio yang menggambarkan pengurangan aktiva lancar dengan persediaan terhadap hutang lancar yang ada diperusahaan pertambangan tergambar positif, meskipun secara teori benar bahwa quick ratio sering mengalami fluktuasi harga. Rasio ini merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan aktiva lancar yang paling likuid mampu menutupi hutang lancar (Umar, 2003:111). Namun untuk pertumbuhan laba, kondisi ini bertentangan dengan teori yang ada bahwa persediaan merupakan unsur aktiva yang paling umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan suatu perusahaan dalam kelangsungan kontinuitas operasi perusahaan dan hutang lancar, dalam memperoleh pendapatan menjadi meningkat dan laba yang diperoleh tetap besar (Takarini dan Ekawati, 2003:8).
Sedangkan untuk variabel X3 (cash ratio) dinyatakan berpengaruh terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan pertambangan 2009 – 2012, hal ini disebabkan karena cash ratio yang menggambarkan hubungan antara kas terhadap hutang lancar. Dalam penelitian ini, sesuai dengan teori yang diuraikan bahwa rasio ini yang menunjukkan posisi kas yang dapat menutupi hutang lancar dengan kata lain cash ratio merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan kas yang dimiliki dalam manajemen kewajiban lancar tahun yang bersangkutan (Umar, 2003:111). Cash ratio berkaitan dengan kemampuan manajemen dalam mengubah aktiva lancar tertentu menjadi uang kas yang mana selain untuk menutupi kewajiban perusahaan, tetapi juga digunakan sebagai penetapan nilai besarnya modal kerja yang dibutuhkan perusahaan dalam memperoleh pendapatan (Takarini dan Ekawati, 2003:7). Apabila uang kas terlalu banyak digunakan pihak manajemen dalam memperdayakan pemenuhan kewajiban perusahaan, maka kelangsungan kegiatan operasi akan berkurang dan tentu saja perusahaan akan mendapatkan pendapatan yang menurun, hal ini sangat tercermin dalam laporan perusahaan pertambangan periode 2009 – 2012 yang cederung menggambarkan pertumbuhan laba yang negatif.
Pertumbuhan laba suatu perusahaan memang tidak selalu positif. Meskipun jelas tujuan perusahaan didirikan ialah mendapatkan laba yang terus meningkat setiap tahunnya. Terlebih kepada perusahaan pertambangan yang merupakan perusahaan yang besar, membutuhkan biaya operasional yang tinggi dan juga begantung kepada kondisi SDA yang ada. Perusahaan ini cenderung mengalami pertumbuhan laba negatif, atau bahkan mendapatkan kerugian. Dalam mengatasi hal ini, mungkin sebaiknya pihak manajemen perusahaan lebih memperhatikan hak likuiditasnya dan membatasi penggunaan aktiva lancar serta dan menjaga  nilai persediaan dan uang kas agar tetap stabil, dikarenakan persediaan dan uang kas merupakan unsur aktiva lancar yang paling likuid dalam menutupi hutang lancar, hal ini dimaksudkan agar perusahaan mampu meningkatkan kemampuan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya untuk perkembangan dan kemajuan perusahaan tanpa mengurangi ketepatan pertumbuhan laba.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Berdasarkan urian dan penjelasan di atas, dapat disampaikan kesimpulan sebagai berikut :
1.        Secara parsial, variabel cash ratio (X3) berpengaruh terhadap variabel perubahan laba untuk perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI selama periode tahun 2009 – 2012, hal ini dapat dilihat dari hasil uji parsial dimana nilai thitung > ttabel. Sementara itu, untuk variabel current ratio dan quick ratio tidak berpengaruh secara parsial terhadap variabel dependen perubahan laba untuk perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI selama periode tahun 2009 – 2012, dimana nilai thitung < ttabel.
2.                Secara simultan, variabel independen current ratio, quick ratio, dan cash ratio tidak berpengaruh secara simultan terhadap variabel dependen pertumbuhan laba untuk perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI selama periode tahun 2009 – 2012, dimana hal ini dapat dilihat dari uji simultan nilai Fhitung < Ftabel.
3.                Besarnya koefisien determinasi untuk variabel penelitian ini diperoleh R = 0,789 sehingga mempunyai hubungan yang erat antara variabel independen current ratio, quick ratio, dan cash ratio terhadap dependen pertumbuhan laba untuk perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI selama periode tahun 2009 – 2012. Sementara itu, besarnya persentase pengaruh yang diberikan oleh variabel independen (current ratio, quick ratio, dan cash ratio) terhadap dependen pertumbuhan laba untuk perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI selama periode tahun 2009 – 2012 dapat ditunjukkan pada nilai R Square (R2) = 0,623 atau 62,30% sedangkan sisanya sebesar 37,70% dipengaruhi oleh variabel lain diluar ruang lingkup penelitian yang dilakukan oleh peneliti.

B. KETERBATASAN PENELITIAN
            Terdapat beberapa keterbatasan dalam penelitian ini, berikut peneliti uraikan :
1.      Dalam melakukan penelitian ini, peneliti hanya mengambil jenis perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, sehingga tidak mencerminkan pertumbuhan laba perusahaan secara keseluruhan.
2.      Dalam penelitian ini, peneliti mengambil sampel perusahaan pertambangan, yang rata-rata dalam kinerja keuangannya banyak mengalami pertumbuhan laba yang menurun, sehingga hasil yang diperoleh kemungkinan tidak konsisten dengan hasil penelitian sebelumnya.
3.      Dalam penelitian ini, peneliti hanya menggunakan rasio keuangan likuiditas yang terdiri dari current ratio, quick ratio, dan cash ratio dalam meneliti pertumbuhan laba, yang kemungkinkan terdapat rasio-rasio lain yang lebih berpengaruh terhadap pertumbuhan laba perusahaan.
4.      Dalam penelitian ini, peneliti hanya mengambil periode penelitian yang cukup pendek yaitu hanya empat tahun, sehingga hasil yang diperoleh kemungkinan tidak mencerminkan pertumbuhan laba secara keseluruhan.

C. SARAN
            Adapun saran yang dapat disampaikan oleh peneliti adalah :
  1. Bagi penelitian selanjutnya, diharapkan dapat menambah jumlah perusahaan untuk dijadikan sampel agar pertumbuhan laba dapat tercermin secara keseluruhan.
  2. Bagi penelitian selanjutnya, diharapkan agar mengambil sampel perusahaan yang sangat produktif dalam menghasilkan laba setiap periode tahunnya, agar mendapatkan hasil penelitian yang lebih valid.
  3. Bagi penelitian selanjutnya, diharapkan menambahkan rasio-rasio keuangan lainnya sebagai variabel independen, karena sangat dimungkinkan rasio keuangan lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini berpengaruh terhadap pertumbuhan laba perusahaan.
  4. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan agar dapat memperpanjang periode tahun pengamatan agar mendapatkan hasil penelitian yang lebih valid.
  5. Bagi perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI dimasa mendatang sebaiknya meningkatkan kemampuan likuiditasnya dalam melaksanakan kegiatan usahanya, hal ini dimaksudkan agar perusahaan mampu meningkatkan kemampuan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya untuk perkembangan dan kemajuan perusahaan tanpa mengurangi ketepatan pertumbuhan laba.
  6. Perusahaan pertambangan sebaiknya diharapkan agar dapat meningkatkan dan menjaga  nilai persediaan dan uang kas agar tetap stabil, hal ini dikarenakan persediaan dan uang kas merupakan unsur aktiva lancar yang paling likuid dalam menutupi hutang lancar.

 DAFTAR PUSTAKA


Angkoso, Willy Ciptadi. 2006. “Pengaruh Debt Ratio dan Return On Equity Terhadap Pertumbuhan Laba di BEJ”, Skripsi Departemen Ekonomi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negesri Semarang, Semarang.

Anis Chariri dan Imam Ghozali, 2003. Teori Akuntansi, Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.

Baridwan, Zaki, 2001. Intermediate Accounting, BPFE UGM, Yogyakarta.

Darsono dan Ashari, 2005. Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan, Andi, Jakarta.

Erlina dan Sri Mulyani, 2007. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen, USU Press, Medan.

Ermadiani dan R Weddie Andriyanto, 2002. “Pengaruh Likuiditas Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan PT. Kereta Api Indonesia Eksploitasi Sumatera Selatan”. Skripsi Ekonomi Fakultas Ilmu Akuntansi Univertas Sriwijaya, Palembang.

Ghozali, Imam, 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Edisi Ketiga, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Harahap, Sofyan Syafri, 2004. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan, Cetakan Keempat, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Meilina, 2008. “Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Laba Perusahaan Manufaktur Industry Barang Konsumsi yang Terdaftar di BEI”. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, Medan.

Merawaty, Dian. 2005. “Analisis Rasio Keuangan Terhadap Kinerja Perusahaan di Industry Food and Beverages yang Terdaftar di BEI”. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, Medan.

Noor, Juliansyah, 2012. Metode Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah, Edisi Pertama. Cetakan ke-2. Kencana Prenada Media Group, Jakarta.

Pedoman  Penyusunan Skripsi. 2013. Yayasan Pendidikan STIE Harapan Medan.

Priyatno, Duwi. 2012. Cara Kilat Belajar Analisis Data dengan SPSS 20. Edisi 1, Andi, Yogyakarta.


Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi 4, BPFE, Yogyakarta.

Rochaety, Ety, Ratih Tresnati dan H. A. Madjid Latief, 2007. Metodologi Penelitian Bisnis: Dengan aplikasi SPSS, Edisi Pertama, Mitra Wacana Media, Jakarta.

Siagian. 2007. “Analisis Hubungan Rasio Likuiditas Dengan Pertumbuhan Laba PT. PLN (PERSERO) Wilayah Sumatera Utara Cabang Kota Medan”. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, Medan.

Sugiyono, 2006. Metode Penelitian Bisnis, CV. Alfabeta, Bandung.

Syamsuddin, Lukman, 2000. Manajemen Keuangan Perusahaan: Konsep Aplikasi Dalam: Perencanaan, Pengawasan, dan Pengambilan Keputusan, Edisi Baru, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Takarini, Nurjanti dan Erni Ekawati, 2003. Analisis Rasio Keuangan dalam Memprediksi Laba Pada Perusahaan Manufaktur di Pasar Modal Indonesia. Ventura, Vol. 6 No. 3.

Umar, Husein, 2003. Metode Riset Akuntansi Terapan, Edisi Pertama, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Warsidi dan Agus Pramuka. 2000. “Manfaat Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Pertumbuhan Laba”, Jurnal Akuntansi, Manajemen dan Ekonomi, Vol. 2 No.1.

Warren Carl S, James M.Reeve dan Phillip E.Fees 2005, Pengantar Akuntansi, Edisi Dua Puluh Satu, Salemba Empat, Jakarta.



           
  
           
           

1 komentar:

  1. Cara memasukkan data dari ringkasan kinerja ke spss nya gimana kak?thanks

    BalasHapus