ABSTRACT
ANALYSIS LIQUIDITY EFFECT OF EARNINGS GROWTH IN THE MINING
COMPANY
LISTED IN INDONESIA STOCK EXCHANGE
by:
Name : Audra Nailufar
NPM : 09 11 0035
This study is
based on the premise that a company engaged in the activities of the mining
industry are listed in the Indonesia Stock Exchange in business activities that
occurred during the accounting period will be presented in the financial
statements to be published on the Stock Exchange. Liquidity for existing mining
companies on the Stock Exchange can affect the growth of corporate profits. In
this case, it can be seen that liquidity plays an important role in controlling
the use of rights management company with good corporate debt, without
disturbing the continuity of operations and continuity of earned income will
still continue to grow increasing. The research method used in this research is
quantitative research, the research used data sources are secondary data can be
obtained from the website www.idx.co.id. The study population were 28 mining
companies mining sub-sectors of oil, gas and mining subsectors metals and
minerals research used samples as many as 10 sub-sector mining companies mining
oil, gas and mining subsectors metal mineral listed on the Stock Exchange with
span the period from 2009 - 2012 research data collection techniques used is
taken from the documentation study IDX website and used descriptive analysis
using SPSS for processing.
The results
obtained showed partial variable cash ratio (X3) effect on earnings change
variables for mining companies listed on the Stock Exchange during the period
of 2009 – 2012, it can be seen from the partial test results where the value of
tcount > ttable. Meanwhile, for the variable current
ratio and quick ratio are not partial effect on the dependent variable changes
in profits for mining companies listed on the Stock Exchange during the period
2009 - 2012, where the value of tcount < ttable.
Simultaneously, independent variables current ratio, quick ratio, and cash ratio
has no effect on the dependent variable simultaneously profit growth for mining
companies listed on the Stock Exchange during the period 2009 - 2012, where it
can be seen from the simultaneous test value of Fcount < Ftable.
The magnitude of the coefficient of determination for this study as to have a
close relationship. Thus, the percentage of influence of a given independent
variable on the dependent is 62.30%, while the remaining was influenced by
other variables outside the scope of the study conducted by researchers.
Keywords: Current Ratio, Quick Ratio,
Cash Ratio, Earnings Growth.
BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Tujuan utama manusia
mendirikan perusahaan adalah memperoleh laba. Dan manusia mengukur keberhasilan
suatu perusahaan melalui kinerja operasional dan juga posisi keuangan
perusahaan yang diperoleh. Laba (penghasilan bersih) merupakan kenaikan manfaat
ekonomi selama satu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan
aktiva. Berdasarkan konsep akuntansi, laba adalah selisih lebih antara
pendapatan yang berasal dari transaksi perusahaan pada periode tertentu dengan
biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut. Perubahan laba
merupakan peningkatan atau penurunan laba yang diperoleh perusahaan
dibandingkan dengan tahun sebelumnya dalam bentuk persentase. Perubahan laba
juga dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti adanya perubahan harga jual,
perubahan unit yang terjual, perubahan beban operasi, dan perubahan
komponen-komponen lainnya termasuk dalam biaya pemenuhan kewajiban lancar
perusahaan yang terdapat di dalam laporan keuangan.
Fokus utama suatu
laporan keuangan adalah laba, jadi informasi laporan keuangan seharusnya
mempunyai kemampuan untuk memprediksi laba di masa depan. Dimana laba sebagai
suatu pengukuran kinerja perusahaan merefleksikan terjadinya proses peningkatan
atau penurunan modal dari berbagai sumber transakasi. Laba perusahaan
diharapkan setiap periodenya akan mengalami kenaikan, sehingga dibutuhkan
estimasi laba yang akan dicapai perusahaan untuk periode mendatang. Estimasi
terhadap laba dapat dilakukan dengan menganalisis laporan keuangan perusahaan
tersebut. Dan analisis laporan keuangan yang dilakukan dapat berupa perhitungan
dan interprestasi melalui rasio keuangan. Analisis rasio keuangan dapat
membantu para pelaku bisnis dan pihak pemerintah dalam mengevaluasi keadaan keuangan
perusahaan masa lalu, sekarang, dan memproyeksikan hasil atau laba yang akan
datang. Secara umum, rasio keuangan dapat dikelompokkan menjadi rasio
likuiditas, rasio leverage, rasio aktivitas, dan rasio profitabilitas (Riyanto,
2001:36).
Likuiditas berpengaruh
positif signifikan terhadap pertumbuhan laba. Dimana likuiditas itu sendiri merupakan suatu indikator mengenai
kemampauan perusahaan membayar semua kewajiban finansial jangka pendek pada
saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Likuiditas
tidak hanya berkenan dengan keadaan keseluruhan keuangan perusahaan, tetapi
juga berkaitan dengan kemampuannya mengubah aktiva lancar tertentu menjadi uang
kas yang mana selain untuk menutupi kewajiban perusahaan, tetapi juga digunakan
sebagai penetapan
nilai besarnya modal kerja yang dibutuhkan perusahaan dalam memperoleh
pendapatan laba suatu
perusahaan (Takarini dan Ekawati, 2003:8).
Rasio
likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban
jangka pendeknya. Likuiditas dikelompokkan menjadi rasio lancar (current ratio), ratio cepat (quick ratio), rasio kas (cash ratio) (Umar,
2003:111).
Rasio-rasio ini dapat dihitung melalui sumber informasi tentang modal kerja
yaitu pos-pos aktiva lancar dan hutang lancar. Dengan aktiva lancar yang besar,
maka kegiatan operasional perusahaan menjadi lancar sehingga sehingga
pendapatan yang diperoleh meningkat dan ini mengakibatkan laba yang diperoleh
meningkat (Takarini dan Ekawati, 2003:7).
Penetapan besarnya modal kerja yang dibutuhkan
perusahaan berbeda-beda. Kegiatan penyediaan modal tersebut bersifat dinamis
sehingga harus disesuaikan dengan perkembangan perusahaan. Besarnya modal kerja
yang telah ditetapkan merupakan salah satu alat ukur yang dapat dipergunakan
untuk menyelesaikan masalah likuiditas perusahaan. Masalah likuiditas merupakan
salah satu masalah penting dalam suatu perusahaan yang relatif sulit
dipecahkan.
Meskipun dikalangan
beberapa pihak beranggapan likuiditas tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap pertumbuhan laba, karena perusahaan tidak dapat mendayakan hutangnya
dalam memperoleh laba, namun beberapa pihak juga ada yang beranggapan bahwa
likuiditas sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. Pendapatan perusahaan
yang diperoleh dari kegiatan penjualan yang lebih besar dibandingkan total
hutang-hutang jangka pendeknya maka perusahaan akan dipastikan mampu membayar
hutang-hutangnya. Dengan kata lain melalui analisis rasio lancar (current ratio), ratio cepat (quick
ratio), rasio kas (cash ratio),
yang merupakan perbandingan antara aktiva lancar, kewajiban lancar, persediaan,
kas dan surat surat berharga sebagai ukuran yang paling umum digunakan untuk
mengetahui kesanggupan suatu perusahaan mampu memenuhi kewajiban jangka
pendeknya. Maka kelangsungan kontinuitas operasi perusahaan
tidak akan terganggu, dan pendapatan yang diperoleh menjadi meningkat dan laba
yang diperoleh tetap besar (Takarini
dan Ekawati, 2003:8).
Namun jika suatu
perusahaan menunjukkan ketergantungan terhadap entitas besarnya jumlah hutang
jangka pendek dalam membiayai persediaan maupun biaya opersional perusahaan,
tidak selaras dengan perolehan keuntungan maka akan menimbulkan resiko yang
cukup besar bagi perusahaan, yakni tidak mampunya perusahaan memenuhi kewajiban
hutang-hutangnya saat jatuh tempo. Selain itu perusahaan juga akan dihadapkan
dengan permasalahan biaya bunga yang semakin tinggi sehingga dapat menurunkan
laba perusahaan dan mengganggu kontinuitas operasi perusahaan untuk jangka
waktu kedepannya dapat kemungkinan perusahaan akan mengalami situasi pailit
(bangkrut) apabila kewajiban tersebut tak mampu lagi di atasi permasalahannya
oleh perusahaan.
Lain lagi halnya bila
likuiditas dipandang dari sisi kreditur, perusahaan yang memiliki likuiditas
yang tinggi merupakan perusahaan yang baik; karena dana jangka pendek kreditur
yang dipinjam perusahaan dapat dijamin oleh aktiva lancar yang jumlah relatif
lebih banyak. Tetapi juga perlu diperhatikan apabila perusahaan yang memiliki
likuiditas yang tinggi maka perusahaan itu menunjukkan kinerja manajemen yang
kurang baik karena likuiditas yang tinggi menunjukkan adanya persediaan yang
relatif berlebihan, atau karena kebijakan kredit perusahaan yang tidak baik
sehingga mengakibatkan tingginya piutang usaha sehingga adanya saldo kas yang
menganggur.
Dalam menganalisis
rasio likuiditas perlu diperhatikan apakah yang menyebabkan rasio lancar
tersebut tinggi. Jika yang menyebabkan likuiditas tersebut tinggi adalah
piutang atau persediaan, maka untuk memenuhi kewajiban lancarnya perusahaan
harus terlebih dahulu melakukan penagihan atas piutang atau menjual persediaan
agar diperoleh kas untuk membayar kewajiban lancar tersebut. Perusahaan harus
menanggung risiko bahwa kemungkinan perusahaan tidak dapat membayar kewajiban
lancarnya karena perusahaan tidak mampu membayar hutangnya atau tidak dapat
menjual persediaannya. Oleh karena itu perusahaan perlu menjaga tingkat
likuiditas agar tidak terlalu tinggi ataupun terlalu rendah.
Perusahaan pertambangan seperti yang telah kita
ketahui, telah ada sejak jaman VOC menduduki wilayah-wilayaha Indonesia. Hingga
pada awal zaman revolusi Indonesia,
perusahaan-perusahaan pertambangan milik Belanda dinasionalisasikan dan
manajemen mereka berada dibawah kendali manajer militer orde lama, dan selama
itu perusahaan pertambangan di Indonesia terus mengalami stagnasi tahap
pembangunan. Pasang surut kegiatan usaha pertambangan menyebabkan wilayah
tambang yang banyak dijumpai di beberapa daerah masih mengandung komoditas
bahan galian yang berpotensi diusahakan. Selain itu perkembangan teknologi
penambangan dan pengolahan, perubahan harga di pasaran, serta kebutuhan
komoditas tertentu yang sebelumnya sama sekali tidak mempunyai nilai ekonomi,
menyebabkan bahan galian tertinggal pada wilayah bekas tambang yang sebelumnya
tidak ekonomis untuk diusahakan menjadi berpotensi ekonomi untuk diusahakan.
Perusahaan pertambangan adalah salah satu perusahaan
besar dimana dalam pengoperasiannya memerlukan biaya produksi yang cukup besar
serta mengandalkan SDA dan SDM yang unggul demi mewujudkan kesejahteraan
perusahaan dalam menghasilkan laba semaksimal mungkin. Sama seperti dengan
perusahaan-perusahaan lainnya, fokus utama dari perusahaan pertambangan adalah
memperoleh laba. Meskipun dalam kenyataannya tidak jarang kita temui, perusahaan
pertambangan sering kali mengalami penurunan tingkat laba atau dapat dikatakan
pertumbuhan laba yang tidak stabil.
Seperti yang telah
diungkapkan sebelumnya, pertumbuhan laba yang tidak stabil ini dapat terjadi
akibat ketergantungan terhadap besarnya jumlah hutang jangka pendek dalam
membiayai persediaan maupun biaya opersional perusahaan, yang tidak selaras
dengan perolehan keuntungan. Berdasarkan pertentangan pendapat dari beberapa
pihak terkait serta fenomena perusahaan yang ada, maka peneliti merasa tertarik
untuk menganalisis Pengaruh likuiditas (current ratio, quick ratio, cash
ratio) terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan
pertambangan yang terdaftar di BEI pada periode 2009 – 2012.
B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian
latar belakang di atas maka peneliti merumuskan masalah, yaitu “Apakah
likuiditas (current
ratio, quick ratio, cash ratio)
berpengaruh terhadap pertumbuhan laba perusahaaan pertambangan yang terdaftar
di BEI?”
C.
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan
dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari Current Ratio, Quick Ratio, dan Cash Ratio terhadap pertumbuhan laba
pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI.
D. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan tidak hanya bermanfaat bagi
peneliti, tetapi juga bagi perusahaan, serta pihak lain yang membutuhkan.
1. Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat
sebagai bahan masukan apabila peneliti dimintai pendapat mengenai hubungan
pengaruh likuiditas terhadap pertumbuhan laba suatu perusahaan.
2. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan
dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam mengambil keputusan bisnis yang
berkaitan dengan keputusan likuiditas dalam memprediksi laba perusahaannya.
3. Bagi pihak lain sebagai informasi maupun
referensi untuk melakukan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pengaruh
likuiditas terhadap pertumbuhan laba suatu perusahaan.
BAB
II
KAJIAN
PUSTAKA
A.
PENELITI TERDAHULU
Merawaty
(2005), judul “Analisis Rasio Keuangan terhadap Kinerja Perusahaan di Industry
Food dan Beverages yang Terdaftar di BEI”. Dari penelitian diatas, bahwa
variabel independen terdiri dari current
ratio, quick ratio, working capital to total assets, dan total debt to equity
ratio sedangkan variabel dependen yaitu kinerja perusahaan. Berdasarkan
hasil penelitian, rasio yang berpengaruh signifikan terhadap perubahan kinerja
perusahaan adalah current ratio, total
asset turn over dan quick ratio.
Ermadiani
dan Andriyanto (2002), judul “Pengaruh Likuiditas terhadap Profitabilitas pada
Perusahaan PT. Kereta Api Indonesia Eksploitasi Sumatera Selatan”. Penelitian
ini mengemukakan adanya pengaruh antara likuiditas dengan profitabilitas yang
berhubungan dengan laba. Penelitian ini menyimpulkan, (1) perhitungan rasio
likuiditas yang terdiri dari rasio lancar dan rasio modal kerja terhadap total
aktiva menunjukkan pengaruhnya terhadap rasio profitabilitas tidak konstan,
kadang-kadang berbanding lurus, kadang-kadang berbanding terbalik. (2) Rasio
likuiditas terhadap rasio profitabilitas memiliki hubungan yang signifikan
antara rasio likuiditas dengan rasio profitabilitas. (3) Current ratio dan working
capital to total assets mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
profitabilitas.
Meilina
(2008), judul “Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Laba Perusahaan Manufaktur
Industry Barang Konsumsi yang Terdaftar di BEI”. Dari penelitian di atas, bahwa
variabel independen current ratio, total
assets turn over, return on equity dan gross profit margin sedangkan
variabel dependen ialah pertumbuhan laba. Berdasarkan hasil penelitian, bahwa
keempat ratio yang digunakan berpengaruh signifikan secara parsial simultan
terhadap pertumbuhan laba.
Siagian
(2007) telah meneliti, “Analisis Hubungan Rasio Likuiditas dengan Pertumbuhan
Laba pada PT. PLN (PERSERO) Wilayah Sumatra Utara Cabang Medan”. Yang
berdasarkan hasil penelitiannya bahwa curretnt
ratio berhubungan positif dan negatif signifikan terhadap laba, acid test ratio dan cash ratio mempunyai hubungan positif dan signifikan terhadap laba.
B.
KERANGKA TEORITIS
1. Laba
a. Pengertian
Laba
Laba
didefinisikan dengan pandangan yang berbeda-beda. Pengertian laba secara
operasional merupakan perbedaan antara pendapatan yang direalisasi yang timbul
dari transaksi selama satu periode dengan biaya yang berkaitan dengan
pendapatan tersebut. Laba adalah perbedaan antara realisasi penghasilan yang
berasal dari transaksi perusahaan pada periode tertentu dikurangi dengan biaya
yang dikeluarkan untuk mendapatkan penghasilan itu (Harahap, 2004:267). Definisi
lain atas pengertian laba dikemukakan oleh Baridwan (2001:31) dimana laba
didefinisikan sebagai “kenaikan modal (aktiva bersih) yang berasal dari semua
transaksi atau kejadian lain yang mempengaruhi
badan usaha pada
suatu periode
kecuali yang timbul dari pendapatan (revenue) atau investasi oleh
pemilik.”
b.
Karakteristik Laba
Menurut Chariri dan Ghozali (2003:214)
laba memiliki beberapa karakteristik antara lain sebagai berikut:
1) Laba didasarkan pada transaksi yang benar-benar
terjadi,
2) Laba didasarkan pada postulat periodisasi, artinya
merupakan prestasi perusahaan pada periode tertentu,
3) Laba didasarkan pada prinsip pendapatan yang memerlukan
pemahaman khusus tentang definisi, pengukuran, dan pengakuan pendapatan,
4) Laba memerlukan pengukuran tentang biaya dalam bentuk
biaya historis yang dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan pendapatan
tertentu, dan
5) Laba didasarkan pada prinsip penandingan (matching)
antara pendapatan dan biaya yang relevan dan berkaitan dengan pendapatan
tersebut.
c. Pertumbuhan
Laba
Laba merupakan salah
satu indikator penting dalam mengukur keberhasilan kinerja suatu perusahaan.
Adanya pertumbuhan laba dalam suatu perusahaan dapat menunjukkan bahwa
pihak-pihak manajemen telah berhasil dalam mengelola sumber-sumber daya yang
dimiliki perusahaan secara efektif dan efisien. Suatu perusahaan pada tahun
tertentu bisa saja mengalami pertumbuhan laba yang cukup pesat dibandingkan
dengan rata-rata perusahaan. Akan tetapi untuk tahun berikutnya perusahaan
tersebut bisa saja mengalami penurunan laba. Pertumbuhan laba dihitung dengan
cara mengurangkan laba periode sekarang dengan laba periode sebelumnya kemudian
dibagi dengan laba pada periode sebelumnya (Warsidi dan Pramuka, 2000)
Laba bersih tahunt
– Laba bersih tahunt-1
Pertumbuhan laba = x 100%
Laba
bersih tahunt-1
Keterangan :
Laba bersih tahunt = laba bersih tahun
berjalan
Laba bersih tahunt-1 =
laba bersih tahun sebelumnya
d.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Laba
Menurut
Angkoso (2006:31) menyebutkan bahwa pertumbuhan laba dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain :
1)
Besarnya
Perusahan
Semakin besar
suatu perusahaan, maka ketepatan pertumbuhan laba yang diharapkan semakin
tinggi.
2)
Umur
Perusahan
Perusahaan yang
baru berdiri kurang memiliki pengalaman dalam meningkatkan laba, sehingga
ketepatannya masih rendah.
3)
Tingkat Utang
Bila perusahaan
memiliki tingkat hutang jangka panjang maupun jangka pendek yang tinggi, maka
manajer cenderung memanipulasi laba sehingga dapat mengurangi ketepatan
pertumbuhan laba
4)
Tingkat penjualan
Tingkat
penjualan di masa lalu yang tinggi, semakin tinggi tingkat penjualan di masa
yang akan datang sehingga pertumbuhan laba semakin tinggi.
5)
Perubahan laba masa lalu
Semakin besar
perubahan laba masa lalu, semakin tidak pasti laba yang diperoleh di masa
mendatang.
2.
Analisis Rasio Keuangan
a. Analisis
Rasio Keuangan
Analisis
rasio keuangan merupakan salah satu teknik dalam menganalisa laporan keuangan
yang banyak digunakan untuk menilai kinerja keuangan suatu perusahaan. Analisis
rasio keuangan dilakukan dengan menghubungkan berbagai perkiraan yang terdapat
pada laporan keuangan dalam bentuk rasio keuangan. Rasio keuangan dapat
menjelaskan atau memberi gambaran kepada penganalisa mengenai baik atau
buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka
rasio tersebut dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan
sebagai standar.
Menurut
Kasmir (2008:104), “rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka
yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka
yang lainnya. Perbandingan dapat dilakukan antara satu komponen dengan komponen
dalam satu laporan keuangan atau antarkomponen yang ada diantara laporan
keuangan”.
b. Manfaat
Analisis Rasio Keuangan
Analisis
rasio keuangan bermanfaat baik bagi pihak internal perusahaan maupun pihak
eksternal. Bagi pihak internal, analisis rasio keuangan bermanfaat sebagai
proses perencanaan dan pengevaluasian prestasi dan kinerja perusahaan dalam
memperoleh keuntungan (laba). Sedangkan bagi pihak eksternal, rasio keuangan
bermanfaat untuk memperkirakan potensi risiko yang akan dihadapi dikaitkan
dengan adanya jaminan kelangsungan pembayaran bunga dan pengembalian pokok
pinjaman. Selain itu analisis rasio juga bermanfaat untuk memperkirakan
pertumbuhan (prospek) perusahaan di masa yang akan datang.
c.
Jenis-jenis Rasio Keuangan
Secara
garis besar rasio keuangan yang digunakan untuk menganalisis laporan keuangan
suatu perusahaan dapat dikelompokkan menjadi empat jenis (Darsono dan Ashari,
2005:50) yaitu :
1) Rasio
Likuiditas (Liquidity Ratio)
2) Rasio
Solvabilitas (Leverage Ratio)
3) Rasio
Aktivitas (Activity Ratio)
4) Rasio
Profitabilitas (Profitability Ratio)
3.
Likuiditas
Likuiditas adalah risiko yang muncul jika suatu pihak tidak
dapat membayar kewajibannya yang jatuh tempo secara tunai. Menurut Munawir (2002:31), “likuiditas
adalah menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban
keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih”. Meskipun
pihak tersebut memiliki aset yang cukup bernilai untuk melunasi kewajibannya,
tapi ketika aset tersebut tidak bisa dikonversikan segera menjadi uang tunai,
maka pihak tersebut dikatakan tidak likuid, hal ini bisa terjadi jika pihak
pengutang tidak dapat menjual hartanya karena tidak adanya pihak lain di pasar yang berminat membelinya. Namun berbeda
pada kasus penurunan harga, pasar berpendapat bahwa aktiva tersebut tidak
bernilai. Tidak adanya pihak yang berminat menukar (membeli) aktiva kemungkinan
hanya disebabkan karena kesulitan mempertemukan kedua belah pihak. Karenanya,
risiko likuiditas biasanya lebih besar kemungkinan terjadi pada pasar yang baru
tumbuh atau bervolume kecil. Risiko likuiditas merupakan suatu risiko keuangan karena adanya ketidakpastian likuiditas.
Likuiditas
termasuk kedalam golongan hutang, dimana hutang adalah
kemungkinan pengorbanan di masa yang akan datang untuk manfaat ekonomi yang
timbul dari perjanjian saat ini oleh suatu perusahaan atau badan tertentu untuk
memindahkan aktiva atau jasa-jasa yang diberikan kepada pihak lain dimasa yang
akan datang sebagai hasil kejadian-kejadian atau transaksi-transaksi di masa
lalu. Termasuk didalamnya jumlah hutang kepada kreditor (yang memberi pinjaman)
atas barang-barang atau jasa yang dibeli dengan kredit, pinjaman uang dalam bentuk
wesel bayar, upah dan gaji yang terutang kepada pegawai dan pajak yang terutang
kepada pemerintah (Warren dan Philip, 2005:53).
Hutang adalah tuntutan
yang di akui oleh UU. Oleh sebab itu UU memberikan para kreditor hak untuk
memaksa suatu perusahaan menjual hartanya untuk membayar hutang-hutangnya
apabila ia tidak mampu untuk membayarnya. Para kreditor mempunyai hak atas
kepemilikan perusahaan tersebut dan harus dibayar penuh sebelum pemilik
menerima sesuatu, meskipun untuk pembayaran hutang tersebut ia menggunakn
seluruh harta usahanya.
Rasio Likuiditas
terbagi atas 3 elemen (Umar, 2003:111) yaitu :
1)
Rasio Lancar (Current ratio)
Rasio
ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menyediakan kas dan pos lancar lain yang
bersifat hampir mendekati kas yang berguna untuk memenuhi semua kewajiban yang
akan segera jatuh tempo lancarnya.
x
100%
Menurut
Syamsuddin (2000 : 44) “tidak ada suatu ketentuan mutlak tentang berapa tingkat
current ratio yang dianggap baik atau yang harus dipertahankan oleh
suatu perusahaan karena biasanya tingkat current ratio ini juga sangat
tergantung pada jenis usaha dari masing-masing perusahaan.” Untuk mengetahui
apakah rasio lancar perusahaan baik, hasil perhitungan rasio lancar harus
dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya atau dengan industri sejenis.
2)
Rasio Cepat (Quick ratio)
Rasio ini disebut juga acid test rasio yang juga digunakan
untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeknya. Penghitungan quick ratio
dengan mengurangkan aktiva lancar dengan persediaan. Hal ini dikarenakan
persediaan merupakan unsur aktiva lancar yang likuiditasnya rendah dan sering
mengalami fluktuasi harga serta menimbulkan kerugian jika terjadi likuiditas.
Jadi rasio ini merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan aktiva lancar yang
paling likuid mampu menutupi hutang lancar.
x
100%
3)
Rasio Kas (Cash ratio)
Rasio ini merupakan
rasio yang menunjukkan posisi kas yang dapat menutupi hutang lancar dengan kata
lain cash ratio merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan kas yang dimiliki
dalam manajemen kewajiban lancar tahun yang bersangkutan.
Cash Ratio dapat dihitung dengan formula:
x 100%
C.
KERANGKA KONSEPTUAL
Kerangka
konseptual penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Likuiditas (x)
(X1) H1
Quick Ratio Pertumbuhan Laba
(X2) H2 (y)
Cash Ratio
(X3) H3
Gambar
II. 1
Kerangka
konseptual
Variabel independen
dalam penelitian ini adalah current ratio, quick ratio, dan cash ratio. Sementara
variabel dependennya adalah pertumbuhan laba. Semakin tinggi current ratio,
maka perusahaan semakin likuid dan akan semakin mudah memperoleh pendanaan dari
kreditor maupun investor untuk memperlancar kegiatan operasionalnya sehingga
laba juga dapat meningkat. Semakin tinggi quick ratio, maka akan semakin likuid perusahaan dalam
memenuhi kewajiban hutang lancarnya tanpa mempengaruhi aset-aset persedian.
Semakin tinggi cash ratio, maka akan semakin tergambar jelas kemampuan kas yang
dimiliki dalam memanajemen kewajiban lancar tahun yang bersangkutan.
D.
HIPOTESIS PENELITIAN
Hipotesis
adalah pernyataan yang didefinisikan dengan baik mengenai karakteristik
populasi (Rochaety dan Latief, 2007:104). Menurut Sugiyono (2006:51)
“Hipotesis
merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah, oleh karena itu rumusan
masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan
sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang
relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui
pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis
terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik.”
Berdasarkan penjelasan dan kerangka konseptual sebelumnya, maka hipotesis
penelitian ini adalah :
H1 : Current
ratio berpengaruh secara parsial terhadap pertumbuhan laba.
H2 : Quick
ratio berpengaruh secara parsial terhadap pertumbuhan laba.
H3 : Cash ratio
berpengaruh secara parsial terhadap pertumbuhan laba.
H4 : Current
ratio, quick ratio, dan cash
ratio berpengaruh secara simultan terhadap pertumbuhan laba.
METODE
PENELITIAN
A.
JENIS PENELITIAN
Jenis penelitian
yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian kuantitatif. Penelitian
kuantitatif adalah metode untuk menguji teori-teori tertentu dengan cara
meneliti hubungan antar variabel. Variabel ini akan diukur menggunakan
instrumen penelitian, sehingga data yang terdiri dari angka dapat dianalisis
berdasarkan prosedur statistik (Noor, 2012:38).
B.
POPULASI DAN SAMPEL
Populasi
adalah sekelompok orang, kejadian, suatu yang mempunyai karakteristik tertentu,
sedangkan sampel adalah bagian populasi yang digunakan untuk memperkirakan
karakteristik populasi (Erlina dan Mulyani, 2007:75). Populasi yang diambil
pada penelitian ini adalah perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia pada periode tahun 2009 – 2012. Jumlah populasi tersebut yaitu 28 perusahaan.
Sampel
adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.
Metode penentuan sampel yang digunakan adalah penentuan sampel secara Purposive Sampling.
Adapun
kriteria yang digunakan untuk pengambilan sampel penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1.
Perusahaan pertambangan yang terdaftar
di BEI dan tidak didelisting pada tahun 2009 – 2012.
2.
Perusahaan tersebut memakai satuan mata
uang rupiah dalam penerbitan laporan tahunannya.
3.
Perusahaan tersebut menerbitkan laporan
keuangan dan laporan tahunan pada tahun 2009 – 2012.
Berdasarkan kriteria
tersebut, maka didapat sampel perusahaan pertambangan sebanyak 10 perusahaan
dari 28 perusahaan pertambangan sub sektor pertambangan minyak, gas bumi dan
sub sektor pertambangan mineral logam yang
terdaftar di BEI dengan empat tahun penelitian sehingga total sampel dalam
penelitian ini berjumlah 40 sampel.
Tabel III.1
Dafar Perusahaan Pertambangan
sub Sektor Pertambangan Minyak,
Gas Bumi dan sub Sektor
Pertambangan Mineral Logam
No.
|
Kode
|
Nama
Perusahaan
|
Kriteria Penentuan Sampel
|
Sampel
|
||
1
|
2
|
3
|
||||
1.
|
ADRO
|
Adora
Energy Tbk
|
√
|
-
|
-
|
-
|
2.
|
ANTM
|
Aneka
Tambang (Persero) Tbk
|
√
|
√
|
-
|
-
|
3.
|
APEX
|
Apexindo
Pratama Duta Tbk
|
√
|
-
|
-
|
-
|
4.
|
ARTI
|
Ratu
Prabu Energi Tbk
|
√
|
√
|
√
|
Sampel 1
|
5.
|
ATPK
|
ATPK
Resource Tbk
|
√
|
√
|
√
|
Sampel 2
|
6.
|
BIPI
|
Benakat
Petroleum Energy Tbk
|
√
|
√
|
-
|
-
|
7.
|
BUMI
|
Bumi
Resource Tbk
|
√
|
-
|
-
|
-
|
8.
|
BYAN
|
Bayan
Resource Tbk
|
√
|
√
|
√
|
Sampel 3
|
9.
|
CITA
|
Cita
Mineral Investindo Tbk
|
√
|
√
|
-
|
-
|
10.
|
CNKO
|
Central
Korporindo Int Tbk
|
√
|
√
|
√
|
Sampel 4
|
11.
|
CTTH
|
Citatah
Tbk
|
√
|
√
|
√
|
Sampel 5
|
12.
|
DEWA
|
Darma
Henwa Tbk
|
√
|
√
|
√
|
Sampel 6
|
13.
|
DKFT
|
Central
Omega Resources Tbk
|
√
|
√
|
-
|
-
|
14.
|
ELSA
|
Elnusa
Tbk
|
√
|
√
|
√
|
Sampel 7
|
15.
|
ENRG
|
Energi
Mega Persada Tbk
|
√
|
-
|
√
|
-
|
16.
|
ESSA
|
Surya
Esa Perkasa Tbk
|
√
|
-
|
-
|
-
|
17.
|
GTBO
|
Garda
Tujuh Buana Tbk
|
√
|
√
|
-
|
-
|
18.
|
INCO
|
Vale
Indonesia Tbk
|
√
|
-
|
-
|
-
|
19.
|
ITMG
|
Indo
Tambang Raya Megah Tbk
|
√
|
-
|
-
|
-
|
20.
|
KKGI
|
Resource
Alam Indonesia Tbk
|
√
|
√
|
-
|
-
|
21.
|
MEDC
|
Medco
Energi International Tbk
|
√
|
-
|
-
|
-
|
22.
|
MITI
|
Mitra
Investindo Tbk
|
√
|
√
|
√
|
Sampel 8
|
23.
|
PKPK
|
Perdana
Karya Perkasa Tbk
|
√
|
√
|
√
|
Sampel 9
|
24.
|
PTBA
|
Bukit
Asam Tbk
|
√
|
√
|
-
|
-
|
25.
|
PTRO
|
Petrosea,
Tbk
|
√
|
-
|
-
|
-
|
26.
|
RUIS
|
Radiant
Utama Interinsco Tbk
|
√
|
√
|
√
|
Sampel 10
|
27.
|
SMRU
|
SMR
Utama Tbk
|
√
|
√
|
-
|
-
|
28.
|
TINS
|
Timah
(Persero) Tbk
|
√
|
√
|
-
|
-
|
Sumber : Data diolah berdasarkan
IDX statistic periode 2009-2012
Tabel III.2
Dafar Perusahaan Pertambangan
sub Sektor Pertambangan Minyak, Gas
Bumi dan
sub Sektor Pertambangan Mineral
Logam yang Menjadi Sampel Peneliti
No.
|
Nama Perusahaan
|
Kode
|
1.
|
Ratu Prabu
Energi Tbk
|
ARTI
|
2.
|
ATPK Resource
Tbk
|
ATPK
|
3.
|
Bayan Resource
Tbk
|
BYAN
|
4.
|
Central
Korporindo Int Tbk
|
CNKO
|
5.
|
Citatah Tbk
|
CTTH
|
6.
|
Darma Henwa
Tbk
|
DEWA
|
7.
|
Elnusa Tbk
|
ELSA
|
8.
|
Mitra
Investindo Tbk
|
MITI
|
9.
|
Perdana Karya
Perkasa Tbk
|
PKPK
|
10.
|
Radiant Utama
Interinsco Tbk
|
RUIS
|
Sumber
: Data Penelitian 2014
C.
SUMBER DATA PENELITIAN
Penelitian
menggunakan data sekunder dalam penelitian ini. Data sekunder merupakan data
primer yang telah diolah lebih lanjut, misalnya dalam bentuk tabel, grafik,
gambar dan sebagainya sehingga lebih informatif jika digunakan oleh pihak lain.
Penelitian mengumpulkan data penelitian melalui website Bursa Efek Indonesia
yaitu www.idx.co.id dengan mengunduh
laporan keuangan tahunan tahun 2009 – 2012.
D.
DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN
Definisi
operasional memberikan pengertian terhadap konstruk atau memberikan variabel
dengan menspesifisikan kegiatan atau tindakan yang diperlukan peneliti untuk
mengukur. Variabel yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah
variabel independen dan variabel dependen.
1.
Variabel
Independen
Variabel independen merupakan variabel
yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel
dependen (terikat) atau variabel lainnya (Sugiyono, 2006:60). Variabel
independen dalam penelitian ini terdiri dari current ratio, quick ratio, dan cash ratio.
a.
Current ratio
Rasio
ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menyediakan kas dan pos lancar lain
yang bersifat hampir mendekati kas yang berguna untuk memenuhi semua kewajiban
yang akan segera jatuh tempo. Dimana semakin tinggi current ratio, maka
perusahaan semakin likuid dan akan semakin mudah memperoleh pendanaan dari
kreditor maupun investor untuk memperlancar kegiatan operasionalnya sehingga
laba juga dapat meningkat.
b.
Quick ratio
Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Penghitungan quick
ratio dengan mengurangkan aktiva lancar dengan persediaan.
Semakin tinggi quick ratio,
maka akan semakin likuid perusahaan dalam memenuhi kewajiban hutang
lancarnya tanpa mempengaruhi aset-aset persedian.
c.
Cash ratio
Rasio ini merupakan rasio yang menunjukkan
posisi kas yang dapat menutupi hutang lancar dengan kata lain cash ratio
merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan kas yang dimiliki dalam manajemen
kewajiban lancar tahun yang bersangkutan.
2.
Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel
yang dipengaruhi atau menjadi akibat adanya variabel bebas (Sugiyono, 2006:62).
Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pertumbuhan laba.
Pertumbuhan
laba merupakan data yang diungkap oleh perusahaan berkaitan dengan aktivitas
laporan keuangannya, meliputi baik laba yang meningkat maupun laba yang
menurun.
Tabel
III.3
Tabel
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel
|
Item
|
Definisi
|
Pengukuran
|
Skala
|
Independen
|
Current
Ratio
(X1)
|
Rasio antara aktiva lancar terhadap hutang lancar
yang ada di perusahaan
|
Aktiva lancar
x
100%
Hutang lancar
|
Rasio
|
Quick
Ratio
(X2)
|
Rasio antara pengurangan aktiva lancar dengan
persediaan terhadap hutang lancar yang ada diperusahaan
|
Aktiva lancar –
Persediaan
x 100%
Hutang lancar
|
Rasio
|
|
Cash
Ratio
(X3)
|
Rasio antara kas terhadap hutang lancar
|
Kas
x 100%
Hutang lancar
|
Rasio
|
|
Dependen
|
Pertumbuhan Laba
(Y)
|
Data yang diungkap oleh perusahaan berkaitan
dengan aktivitas laporan keuangannya
|
Laba bersih tahunt –
Laba bersih tahunt-1
x 100%
Laba bersih tahunt-1
|
Rasio
|
Sumber : Data penelitian 2014
E.
TEKNIS ANALISIS DATA
Data penelitian yang telah
dikumpulkan dan diolah, kemudian akan dianalisis untuk memperoleh jawaban atas
permasalahan yang timbul dalam penelitian ini. Metode analisis data yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan analisis statistik yang
menggunakan regresi linier berganda dan menggunakan software SPSS. Metode dan teknik analisis yang digunakan dalam
regresi linear berganda adalah :
Y
= α + b1 X1 + b2
X2 + b3 X3 + €
Keterangan
:
Y = Pertumbuhan laba perusahaan
X1 = Current ratio
X2 = Quick ratio
X3 = Cash ratio
α = Konstanta
b1, b2, b3 = Koefisien
regresi dari setiap variabel independen
€ = Faktor error
1. Pengujian asumsi klasik
Karena data yang digunakan adalah data
sekunder, maka untuk menetapkan ketetapan model perlu dilakukan pengujian atas
beberapa asumsi klasik yang mendasari model regresi. Penyimpangan asumsi klasik
yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:
1.1. Uji Normalitas
Pengujian ini bertujuan
untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel penganggu memiliki
distribusi normal (Ghozali, 2005:110). Uji normalitas data dapat dilakukan
melalui dua cara yaitu analisis grafik dan analisis statistik. Model regresi
yang baik adalah yang memiliki nilai residual yang terdistribusi secara normal
(Priyatno, 2012:144). Dalam
mendeteksi normalitas data dilakukan dengan uji statistiktuk melalui output
grafik kurva normal p-p plot dan uji One Sample Kolmogrov Smirnov. Suatu
variabel dikatakan normal jika gambar distribusi dengan titik-titik data yang
menyebar di sekitar garis diagonal dan penyebaran titik data searah mengikuti
garis diagonal serta residual berdistribusi normal jika nilai signifikasi lebih
dari 0,05.
1.2. Uji Multikolinearitas
Pengujian ini berguna
untuk mengidentifikasi apakah model regresi ditemukan adanya kolerasi atar
variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di
antara variabel bebasnya (Ghozali, 2005:91). Uji multikolinearitas dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu dengan melihat VIF (Variance Inflation Factors) dan nilai tolerance. Jika VIF < 10 dan nilai tolerance > 0,10 maka tidak terjadi gejala multikolinearitas.
1.3. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji
apakah dalam sebuah model regresi telah terjadi ketidaksamaan varian dari residual
suatu pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali, 2005:105). Konsekuensinya,
adanya heteroskedastisitas dalam model regresi adalah penaksir yang diperoleh
tidak efisien, baik dalam sampel kecil maupun besar. Pengujian ada atau tidak
adanya heteroskedastisitas dalam penelitian ini adalah dengan cara melihat
grafik plot nilai prediksi variabel dependen (ZPRED) dengan residunya (SRESID)
dengan dasar analisisnya adalah:
a.
Jika ada pola tertentu, seperti
titik-titik yang membentuk suatu pola tertentu, yang teratur (bergelombang,
melebar, kemudian menyempit) maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
b.
Jika tidak ada pola tertentu seperti
titik-titik menyebar di atas atau dibawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak
terjadi gejala heteroskedastisitas sehingga mengindikasikan telah terjadi
homokedastisitas.
1.4. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode saat ini dengan kesalahan penganggu pada periode sebelumnya. Pengujian
ini menggunakan uji Durbin Watson. Pengambilan keputusan ada atau tidak adanya
autokorelasi yaitu :
1. Jika dw < dl atau dw > 4 – dl berarti
ada autokorelasi positif
2. Jika dl ≤ dw ≤ du berarti tidak dapat
mengambil keputusan apakah
autokorelasi positif terjadi atau tidak.
3. Jika du < dw < 4 – du berarti ada
autokorelasi negatif.
2. Uji Hipotesis
Adapun pengujian terhadap hipotesis yang diajukan
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
2.1. Uji Determinasi (R2)
Menunjukkan adanya hubungan yang tinggi atau rendah
antara dua variabel berdasarkan nilai R (koefisien korelasi), digunakan
penafsiran terhadap angka dalam mengetahui persentase sumbangan pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen. Perhitungan dilakukan dengan R=
R2 x 100% (Priyatno, 2012:134).
Menurut Priyatno (2012:100) pedoman untuk
menginterprestasikan hasil koefisien korelasi adalah sebagai berikut:
·
Bila
nilai koefisien determinasi 0,00 – 0,199 maka akan menghasilkan korelasi yang
sangat rendah.
·
Bila
nilai koefisien determinasi 0,20 – 0,399 maka akan menghasilkan korelasi yang
rendah.
·
Bila
nilai koefisien determinasi 0,40 – 0,599 maka akan menghasilkan korelasi yang
sedang.
·
Bila
nilai koefisien determinasi 0,60 – 0,799 maka akan menghasilkan korelasi yang
kuat.
·
Bila
nilai koefisien determinasi 0,80 – 1,000 maka akan menghasilkan korelasi yang
sangat kuat.
2.2. Uji Simultan (Uji F)
Uji F atau uji koefisiensi regresi secara
bersama-sama digunakan untuk mengetahui apakah secara bersama-sama variabel independen
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Pengujian menggunakan
tingkat signifikansi 0,05. Kriteria pengujian yang digunakan adalah sebagai
berikut:
·
Jika Fhitung > Ftabel
maka Ho ditolak
Arti secara statistik data yang
digunakan untuk membuktikan bahwa semua variabel independen berpengaruh
terhadap nilai variabel (Y).
·
Jika Fhitung < Ftabel
maka H0 diterima
Arti secara statistik data yang
digunakan untuk membuktikan bahwa semua variabel independen tidak berpengaruh
terhadap nilai variabel (Y).
2.3.
Uji t (Uji Parsial)
Uji t bertujuan untuk melihat pengaruh variabel
bebas yaitu current ratio, quick ratio,
cash ratio, terhadap pertumbuhan laba, sebagai berikut:
·
H0 : bi = 0
(artinya tidak berpengaruh secara parsial atas current ratio, quick ratio, cash ratio, terhadap pertumbuhan
laba).
·
H0 : bi ≠ 0
(artinya adanya pengaruh secara parsial atas
current ratio, quick ratio, cash ratio, terhadap pertumbuhan laba).
Nilai thitung akan dibandingkan dengan ttabel.
Kriteria pengambilan keputusan adalah :
·
H0 diterima jika thitung
< ttabel pada α = 0.05
·
H0 ditolak (H1
diterima) jika thitung > ttabel pada α = 0.05
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A.
HASIL
1. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Indonesia merupakan negara yang berlimpah sumber
daya mineral. Hampir semua pulau di Nusantara mengandung berbagai macam mineral
yang tersebar di pulau-pulau, dari barat ke timur negara itu. Beberapa
komoditas seperti emas dan timah telah ditambang dan diperdagangkan di pasar
internasional selama ribuan tahun.
Monopoli yang pernah diadakan oleh VOC yang
berdampak migrasi nasional dan internasional menyebabkan perang atas akses yang
diperjuangkan oleh VOC, raja-raja lokal, masyarakat lokal dan pengusaha Cina.
Hingga pada awal zaman revolusi Indonesia, perusahaan-perusahaan pertambangan
milik Belanda, dinasionalisasikan dan manajemen mereka berada dibawah kendali
manajer militer pada akhir orde lama. Dan selama itu, perusahaan pertambangan
di Indonesia terus mengalami stagnasi tahap pembangunan (Widjayanto pamungkas).
Kegiatan pertambangan telah berlangsung di Indonesia
dalam kurun waktu yang panjang, lebih dari seribu tahun. Pasang surut kegiatan
usaha pertambangan menyebabkan wilayah tambang yang banyak dijumpai di beberapa
daerah masih mengandung komoditas bahan galian yang berpotensi diusahakan.
Selain itu perkembangan teknologi penambangan dan pengolahan, perubahan harga
di pasaran, serta kebutuhan komoditas tertentu yang sebelumnya sama sekali
tidak mempunyai nilai ekonomi, menyebabkan bahan galian tertinggal pada wilayah
bekas tambang yang sebelumnya tidak ekonomis untuk diusahakan menjadi
berpotensi ekonomi untuk diusahakan.
Pertambangan
sendiri ialah merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka upaya pencarian,
penambangan (penggalian), pengolahan, pemanfaatan dan penjualan bahan galian
yang meliputi hasil mineral, batubara, panas bumi, dan migas. Perusahaan
pertambangan adalah salah satu perusahaan besar dimana dalam pengoperasiannya
memerlukan biaya produksi yang cukup besar serta mengandalkan SDA dan SDM yang
unggul demi mewujudkan kesejahteraan perusahaan.
2. Deskripsi Analisis Pengaruh Likuiditas (current
ratio, quick ratio, cash ratio) Terhadap Pertumbuhan Laba Pada
Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Penelitian
dilakukan pada perusahaan pertambangan yang terdaftar BEI dengan rentang tahun
2009 – 2012, dengan mengumpulkan data berupa laporan keuangan perusahaan
pertambangan yang selanjutnya akan diolah untuk menjawab hipotesis penelitian. Berdasarkan
data yang diperoleh peneliti dari BEI yang didapat dari website www.idx.co.id,
berikut ini disajikan current ratio untuk
perusahaan pertambangan periode tahun 2009 – 2012.
Tabel IV.1
Current
Ratio Perusahaan
Pertambangan yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Periode 2009-2012
No.
|
KODE
|
CURRENT
RATIO (X1)
|
|||
2009
|
2010
|
2011
|
2012
|
||
1.
|
ARTI
|
201,82
|
182,06
|
220,30
|
152,03
|
2.
|
ATPK
|
280,77
|
234,20
|
146,11
|
140,35
|
3.
|
BYAN
|
87,61
|
101,34
|
65,41
|
115,71
|
4.
|
CNKO
|
203,89
|
145,99
|
132,48
|
163,01
|
5.
|
CTTH
|
97,90
|
113,17
|
111,86
|
112,91
|
6.
|
DEWA
|
15,67
|
40,08
|
201,54
|
141,09
|
7.
|
ELSA
|
153,46
|
160,43
|
124,59
|
136,99
|
8.
|
MITI
|
119,14
|
126,77
|
159,15
|
260,70
|
9.
|
PKPK
|
109,65
|
119,28
|
121,68
|
130,73
|
10.
|
RUIS
|
207,31
|
149,53
|
107,69
|
107,84
|
Sumber : Data diolah
berdasarkan IDX statistic periode 2009-2012
Dari tabel diatas dapat
dilihat bahwa selama empat tahun dari periode tahun 2009 – 2012 rasio lancar (current ratio) perusahaan pertambangan
berfluktuasi ada yang naik maupun turun.
Berikut ini disajikan quick ratio untuk perusahaan
pertambangan periode tahun 2009 – 2012.
Tabel IV.2
Quick
Ratio
Perusahaan Pertambangan
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Periode 2009 – 2012
No.
|
KODE
|
QUICK
RATIO (X2)
|
|||
2009
|
2010
|
2011
|
2012
|
||
1.
|
ARTI
|
189,41
|
163,92
|
201,64
|
147,58
|
2.
|
ATPK
|
276,89
|
230,73
|
143,73
|
139,04
|
3.
|
BYAN
|
60,53
|
80,24
|
42,42
|
68,37
|
4.
|
CNKO
|
35,67
|
62,91
|
67,39
|
51,78
|
5.
|
CTTH
|
45,05
|
44,99
|
33,76
|
32,68
|
6.
|
DEWA
|
-
|
-
|
162,49
|
115,00
|
7.
|
ELSA
|
148,41
|
151,38
|
119,13
|
131,49
|
8.
|
MITI
|
87,47
|
94,91
|
115,92
|
199,69
|
9.
|
PKPK
|
78,88
|
102,12
|
111,48
|
122,04
|
10.
|
RUIS
|
204,85
|
146,77
|
104,92
|
105,50
|
Sumber : Data diolah berdasarkan IDX
statistic periode 2009-2012
Dari tabel diatas dapat
dilihat bahwa selama empat tahun dari periode tahun 2009 – 2012 rasio cepat (quick ratio) perusahaan pertambangan
berfluktuasi ada yang naik maupun turun, hal ini disebabkan oleh persediaan
yang sering mengalami fluktuasi harga.
Berikut ini disajikan cash ratio untuk perusahaan pertambangan
periode tahun 2009 – 2012.
Tabel IV.3
Cash
Ratio
Perusahaan Pertambangan
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Periode 2009 – 2012
No.
|
KODE
|
CASH
RATIO (X3)
|
JUMLAH
|
|||
2009
|
2010
|
2011
|
2012
|
|||
1.
|
ARTI
|
8,81
|
53,19
|
12,97
|
14,77
|
89.74
|
2.
|
ATPK
|
-
|
-
|
5,00
|
2,71
|
7.71
|
3.
|
BYAN
|
33,65
|
49,05
|
25,63
|
38,43
|
146.76
|
4.
|
CNKO
|
3,63
|
2,31
|
3,81
|
5,50
|
15.25
|
5.
|
CTTH
|
3,93
|
10,54
|
8,94
|
9,10
|
32.51
|
6.
|
DEWA
|
26,38
|
48,17
|
46,23
|
18,91
|
139.69
|
7.
|
ELSA
|
67,71
|
56,96
|
34,65
|
55,03
|
214.35
|
8.
|
MITI
|
51,08
|
49,84
|
58,97
|
107,83
|
267.72
|
9.
|
PKPK
|
4,76
|
10,60
|
6,21
|
10,06
|
31.63
|
10.
|
RUIS
|
37,05
|
18,68
|
7,47
|
7,84
|
71.04
|
Sumber : Data diolah berdasarkan IDX
statistic periode 2009-2012
Dari tabel diatas dapat
dilihat bahwa selama empat tahun dari periode tahun 2009 – 2012 rasio kas (cash ratio) perusahaan pertambangan
berfluktuasi ada yang naik maupun turun.
Berikut ini disajikan
perubahan laba untuk perusahaan
pertambangan periode tahun 2009 – 2012.
Tabel IV.4
Pertumbuhan Laba Perusahaan
Pertambangan
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Periode 2009 – 2012
No.
|
KODE
|
PERTUMBUHAN LABA (Y)
|
|||
2009
|
2010
|
2011
|
2012
|
||
1.
|
ARTI
|
-644.37
|
114,98
|
-56,49
|
340,85
|
2.
|
ATPK
|
39.69
|
-27,10
|
-4,45
|
-32,63
|
3.
|
BYAN
|
558.45
|
443,51
|
147,26
|
-73,60
|
4.
|
CNKO
|
67.18
|
2469,98
|
29,32
|
-1,08
|
5.
|
CTTH
|
376.51
|
-23,45
|
7069,35
|
201,08
|
6.
|
DEWA
|
-82.54
|
-68,16
|
3982,85
|
70,86
|
7.
|
ELSA
|
248.65
|
-86,29
|
-147,18
|
349,66
|
8.
|
MITI
|
386598.44
|
-20,91
|
289,28
|
-19,60
|
9.
|
PKPK
|
-33.01
|
-68,26
|
-8,89
|
44,29
|
10.
|
RUIS
|
-38.09
|
-31,10
|
-74,66
|
792,45
|
Sumber : Data diolah berdasarkan IDX
statistic periode 2009-2012
Dari tabel diatas dapat
dilihat bahwa selama empat tahun dari periode tahun 2009 – 2012 pertumbuhan
laba perusahaan pertambangan berfluktuasi ada yang naik maupun turun, hal ini
disebabkan karena setiap tahun perusahaan tidak selalu menghasilkan pertumbuhan
laba yang positif, yang disebabkan oleh berbagai faktor baik eksternal maupun
internal dalam melakukan kegiatan operasional kerja perusahaan dalam mencapai
perolehan laba.
B.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil
pengolahan data dari rasio likuiditas dan pertumbuhan laba tersebut dengan
menggunakan SPSS, berikut ini
disajikan hasil pengolahan data tersebut sebagai berikut:
1.
Pengujian Asumsi Klasik
1.1.
Uji Normalitas
Pada uji normalitas yang dilakukan uuntuk mengetahui dan
menguji model regresi apakah nilai residual yang dihasilkan dari regresi
terdistribusi secara normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah yang
memiliki nilai residual yang terdistribusi secara normal. Berikut ini disajikan
hasil uji normalitas dari pengolahan dengan SPSS dengan metode penyebaran data
pada sumber diagonal pada grafik Normal
P-P Plot of Regression Standardized Residual dan tabel uji One Sample Kolmogrov Smirnov.
Gambar IV.1
Hasil Uji Normalitas
Sumber : Data diolah SPSS
Tabel IV.5
Hasil Uji Normalitas Data
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
|
||
|
Unstandardized Residual
|
|
N
|
40
|
|
Normal Parametersa,b
|
Mean
|
0E-7
|
Std. Deviation
|
221,38073956
|
|
Most Extreme Differences
|
Absolute
|
,118
|
Positive
|
,109
|
|
Negative
|
-,118
|
|
Kolmogorov-Smirnov Z
|
,744
|
|
Asymp. Sig. (2-tailed)
|
,637
|
|
a. Test distribution is Normal.
|
||
b. Calculated from data.
Sumber: Data diolah dengan SPSS
|
Berdasarkan hasil
pengolahan data pada gambar grafik terrsebut dapat diketahui bahwa titik-titik
menyebar secara merata disekitar garis dan mengikuti garis diagonal pada sumbu
Y. Serta pada tabel uji one sample
kolmogrov smirnov didapat nilai signifikasi (Asymp.Sig.2-tailed) sebesar 0,637, dan karena signifikasi lebih
besar dari 0,05 (0,637 > 0,05) maka nilai residual tersebut telah normal.
1.2.
Uji Multikolinearitas
Pada uji multikolinearitas
untuk mendeteksi gejala korelasi antara variabel independen yang terdapat dalam
model regresi. Asumsi multikolinearitas menyatakan bahwa variabel independen
harus terbebas dari gejala multikolinearitas. Pada model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi yang sempurna atau mendekati sempurna di
antara variabel bebas.
Berikut ini disajikan hasil pengujian multikolinearitas
sebagai berikut:
Tabel IV.6
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
|
||||
Model
|
Standardized Coefficients
|
Collinearity Statistics
|
||
Tolerance
|
VIF
|
|||
1
|
(Constant)
|
|
|
|
Current Ratio
|
,064
|
,309
|
3,231
|
|
Quick Ratio
|
-,371
|
,308
|
3,245
|
|
Cash Ratio
|
,261
|
,992
|
1,008
|
|
a. Dependent Variable: Pertumbuhan Laba (Y)
|
Sumber : Data diolah SPSS
Pada
hasil pengolahan data tabel diatas, berikut diketahui hasil uji multikolinearitas
sebagai berikut :
1.
Untuk Variabel X1,
nilai tolerance = 0,309 dan nilai VIF
= 3,231
2.
Untuk Variabel X2,
nilai tolerance = 0,308 dan nilai VIF
= 3,245
3.
Untuk Variabel X3,
nilai tolerance = 0,992 dan nilai VIF
= 1,008
Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa untuk variabel independen X1, X2, X3
nilai tolerance > 0,10 ,
sementara untuk nilai VIF < 10 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
masalah multikolinearitas pada model regresi.
1.3. Uji Heteroskedastisitas
Pada uji heteroskedastisitas untuk mengetahui dan menguji
nilai pada model regresi terjadi
ketidaksamaan varians dari residual antara satu pengamatan kepada pengamatan
lain. Berikut ini disajikan hasil uji heterokedastisitas sebagai berikut :
Gambar IV.2
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Sumber : Data diolah SPSS
Pada hasil
pengolahan data dari gambar di atas diketahui bahwa titik-titik yang terdapat
pada model regresi di atas tidak membentuk suatu pola yang teratur atau terstruktur
secara baik dan sistematis. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah heteroskedastisitas dalam model
regresi.
1.4. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi
bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara
kesalahan pengganggu pada periode saat ini dengan kesalahan pengganggu pada
periode sebelumnya. Berikut ini disajikan hasil uji heterokedastisitas sebagai
berikut :
Tabel IV.7
Hasil Uji Autokorelasi
Model
Summaryb
|
|||||
Model
|
R
|
R
Square
|
Adjusted
R Square
|
Std.
Error of the Estimate
|
Durbin-Watson
|
1
|
,397a
|
,158
|
,088
|
231,55648
|
2,145
|
a. Predictors: (Constant), Cash Ratio, Current Ratio, Quick
Ratio
|
|||||
b. Dependent Variable: Pertumbuhan Laba
|
Sumber : Data diolah
dengan SPSS
Dari hasil output
didapatkan nilai statistic uji Durbin Watson, sebesar 2,145 sehingga dapat
diperoleh nilai DU = 1,658 dan DL = 1,338 untuk n = 40 dan k = 4. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa DU < DW < 4 – DL tidak terdapat
autokorelasi.
2.
Uji Hipotesis
2.1. Uji Koefisien Determinasi
Pada uji koefisien
determinasi, untuk mengetahui besarnya korelasi
atau hubungan antara variabel independen terhadap variabel dependen yang
ada pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI. Berdasarkan hasil
pengolahan menggunakan SPSS, berikut ini disajikan hasil uji koefisien
determinasi yaitu:
Tabel IV.8
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model
Summaryb
|
||||
Model
|
R
|
R
Square
|
Adjusted
R Square
|
Std.
Error of the Estimate
|
1
|
,397a
|
,158
|
,088
|
231,55648
|
a. Predictors: (Constant), Cash Ratio, Current Ratio, Quick
Ratio
|
||||
b. Dependent Variable: Pertumbuhan Laba
Sumber
: Data diolah dengan SPSS
|
Berdasarkan hasil pengolahan pada tabel di atas, bahwa besarnya nilai koefisien determinasi
untuk jumlah sampel n = 40 diperoleh nilai R = 0,397, pada signifikan 0,05
(5%), sehingga mempunyai hubungan yang rendah antara variabel independen current
ratio, quick ratio, dan
cash ratio terhadap dependen pertumbuhan laba untuk perusahaan pertambangan yang terdaftar di
BEI selama periode tahun 2009 – 2012. Sedangkan untuk nilai R2 = 0,158 maka besarnya pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen = 0,158 x 100% = 15,80% sedangkan sisanya
sebesar 84,20% dipengaruhi oleh variabel lain diluar ruang lingkup penelitian
yang dilakukan oleh peneliti.
2.2. Uji Simultan (Uji F)
Pada uji Simultan
dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen berpengaruh secara
bersama-sama terhadap variabel dependen. Berikut ini disajikan hasil pengolahan
data dari sampel penelitian sebanyak n = 40. Berikut ini disajikan hasil uji
simultan dari pengolahan dengan menggunakan SPSS sebagai berikut :
Tabel IV.9
Hasil Uji Simultan (Uji F)
ANOVAa
|
||||||
Model
|
Sum
of Squares
|
df
|
Mean
Square
|
F
|
Sig.
|
|
1
|
Regression
|
361731,607
|
3
|
120577,202
|
2,249
|
,099b
|
Residual
|
1930262,554
|
36
|
53618,404
|
|
|
|
Total
|
2291994,161
|
39
|
|
|
|
|
a. Dependent Variable: Pertumbuhan Laba
|
||||||
b. Predictors: (Constant), Cash Ratio, Current Ratio, Quick
Ratio
|
Sumber : Data diolah SPSS
Berdasarkan hasil pengolahan pada tabel di atas,
diketahui bahwa nilai diperoleh Fhitung = 2,249 , sedangkan untuk
jumlah sampel n = 40, dimana df(1) = 3 dan df(2) = 36, diperoleh Ftabel =
2,866, maka dapat disimpulkan bahwa nilai Fhitung
< Ftabel maka variabel indenpen yang terdiri dari current ratio, quick ratio, cash ratio
secara bersama-sama tidak berpengaruh secara simultan terhadap variabel
dependen yaitu pertumbuhan laba untuk perusahaan pertambangan yang terdaftar di
BEI.
2.3. Uji Parsial (Uji t)
Pada uji parsial, yang dilakukan untuk mengetahui
variabel independen yaitu current ratio,
quick ratio, cash ratio berpengaruh secara parsial terhadap variabel
dependen yaitu pertumbuhan laba perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI.
Berikut ini disajikan hasil pengujian parsial sebagai berikut :
Tabel IV.10
Hasil Uji Parsial (Uji t)
Coefficientsa
|
||||||
Model
|
Unstandardized
Coefficients
|
Standardized
Coefficients
|
t
|
Sig.
|
||
B
|
Std.
Error
|
Beta
|
||||
1
|
(Constant)
|
150,051
|
114,567
|
|
1,310
|
,199
|
Current
Ratio
|
,285
|
1,234
|
,064
|
,231
|
,819
|
|
Quick
Ratio
|
-1,417
|
1,052
|
-,371
|
-1,348
|
,186
|
|
Cash
Ratio
|
2,623
|
1,545
|
,261
|
1,697
|
,098
|
|
a. Dependent Variable: Pertumbuhan Laba
|
Sumber : Data diolah SPSS
Pada
tabel di atas, dapat dilihat bahwa :
a.
Variabel
X1, nilai thitung = 0,231 sementara untuk n = 40 maka ttabel = 1,684 maka variabel
X1, thitung < ttabel, 0,231 < 1,684.
Dengan demikian variabel current ratio
(X1) tidak berpengaruh secara parsial terhadap variabel dependen
pertumbuhan laba untuk perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI.
b.
Variabel
X2, nilai thitung = -1,348 sementara untuk n = 40 maka ttabel = 1,684 maka variabel
X2, thitung < ttabel, -1,348 < 1,684.
Dengan demikian variabel quick ratio
(X2) tidak berpengaruh secara parsial terhadap variabel dependen
pertumbuhan laba untuk perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI.
c.
Variabel
X3, nilai thitung = 1,697 sementara untuk n = 40 maka ttabel = 1,684 maka variabel
X3, thitung > ttabel, 1,697 > 1,684.
Dengan demikian variabel cash ratio
(X3) berpengaruh secara parsial terhadap variabel dependen
pertumbuhan laba untuk perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI.
3. Uji Regresi Linear
Berganda
Pada
uji regresi linear berganda dari pengolahan SPSS, berikut ini disajikan hasil
regresi linear berganda sebagai berikut :
Tabel IV.11
Hasil Regresi Linear Berganda
Coefficientsa
|
||||||
Model
|
Unstandardized Coefficients
|
Standardized Coefficients
|
t
|
Sig.
|
||
B
|
Std. Error
|
Beta
|
||||
1
|
(Constant)
|
-275219.685
|
143574.625
|
|
-1.917
|
.104
|
Current Ratio
|
609.785
|
343.740
|
.745
|
1.774
|
.126
|
|
Quick Ratio
|
-312.615
|
236.416
|
-.552
|
-1.322
|
.234
|
|
Cash Ratio
|
1049.320
|
355.758
|
.766
|
2.950
|
.026
|
|
a. Dependent Variable:
Pertumbuhan Laba
|
Sumber : Data diolah SPSS
Berdasarkan hasil
regresi linear berganda pada tabel diatas, maka diperoleh hasil regresi linear
berganda dari jawaban responden yaitu Y
= α + b1 X1 + b2
X2 + b3 X3, Y = -275219,685 + 609,785 X1 – 312,615
X2 + 1049,320 X3 pada tingkat signifikan 0,104.
C. PEMBAHASAN TEORI
Dari pembahasan statistik yang telah diungkapkan diatas, didapat
bahwa variabel X1 (Current Ratio)
tidak berpengaruh secara parsial terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan
pertambangan 2009 – 2012, hal ini disebabkan karena current ratio yang menggambarkan perbandingan nilai aktiva lancar
dengan hutang lancar perusahaan pertambangan tergambar positif, meskipun current ratio perusahaan pertambangan tetap
mengalami fluktuasi naik maupun turun setiap tahunnya, namun kondisi ini tidak
mempengaruhi perusahaan dalam memperdayakan labanya setiap tahun. Maka kondisi
ini bertentangan dengan teori yang diungkapkan bahwa dengan aktiva lancar yang besar maka
kegiatan operasional perusahaan menjadi lancar sehingga sehingga pendapatan
yang diperoleh meningkat dan ini mengakibatkan laba yang diperoleh meningkat (Takarini
dan Ekawati, 2003:7).
Untuk variabel X2 (Quick Ratio) tidak berpengaruh secara parsial terhadap pertumbuhan
laba pada perusahaan pertambangan 2009 – 2012, hal ini disebabkan karena quick ratio yang menggambarkan pengurangan
aktiva lancar dengan persediaan terhadap hutang lancar yang ada diperusahaan
pertambangan tergambar
positif, meskipun secara teori benar bahwa quick
ratio sering
mengalami fluktuasi harga. Rasio ini merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan
aktiva lancar yang paling likuid mampu menutupi hutang lancar (Umar, 2003:111). Namun untuk pertumbuhan laba, kondisi
ini bertentangan dengan teori yang ada bahwa persediaan merupakan unsur aktiva yang paling umum digunakan untuk
mengetahui kesanggupan suatu perusahaan dalam kelangsungan
kontinuitas operasi perusahaan dan hutang lancar, dalam memperoleh pendapatan
menjadi meningkat dan laba yang diperoleh tetap besar (Takarini dan Ekawati,
2003:8).
Sedangkan untuk variabel X3 (cash ratio) dinyatakan berpengaruh
terhadap pertumbuhan laba pada
perusahaan pertambangan 2009 – 2012, hal ini disebabkan karena cash ratio yang menggambarkan hubungan
antara kas
terhadap hutang lancar. Dalam penelitian ini, sesuai dengan teori yang
diuraikan bahwa rasio ini yang menunjukkan posisi kas yang dapat menutupi hutang
lancar dengan kata lain cash ratio
merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan kas yang dimiliki dalam manajemen kewajiban
lancar tahun yang bersangkutan (Umar, 2003:111). Cash
ratio berkaitan
dengan kemampuan manajemen dalam mengubah aktiva lancar tertentu menjadi uang
kas yang mana selain untuk menutupi kewajiban perusahaan, tetapi juga digunakan
sebagai penetapan
nilai besarnya modal kerja yang dibutuhkan perusahaan dalam memperoleh
pendapatan (Takarini
dan Ekawati, 2003:7).
Apabila uang kas terlalu banyak digunakan pihak manajemen dalam memperdayakan
pemenuhan kewajiban perusahaan, maka kelangsungan kegiatan operasi akan
berkurang dan tentu saja perusahaan akan mendapatkan pendapatan yang menurun, hal
ini sangat tercermin dalam laporan perusahaan pertambangan periode 2009 – 2012
yang cederung menggambarkan pertumbuhan laba yang negatif.
Pertumbuhan laba suatu perusahaan memang tidak selalu
positif. Meskipun jelas tujuan perusahaan didirikan ialah mendapatkan laba yang
terus meningkat setiap tahunnya. Terlebih kepada perusahaan pertambangan yang
merupakan perusahaan yang besar, membutuhkan biaya operasional yang tinggi dan
juga begantung kepada kondisi SDA yang ada. Perusahaan ini cenderung mengalami
pertumbuhan laba negatif, atau bahkan mendapatkan kerugian. Dalam mengatasi hal
ini, mungkin sebaiknya pihak manajemen perusahaan lebih memperhatikan hak
likuiditasnya dan membatasi penggunaan aktiva lancar serta dan menjaga nilai persediaan dan uang kas agar tetap
stabil, dikarenakan persediaan dan uang kas merupakan unsur aktiva lancar yang
paling likuid dalam menutupi hutang lancar, hal ini dimaksudkan agar perusahaan
mampu meningkatkan kemampuan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya untuk
perkembangan dan kemajuan perusahaan tanpa mengurangi ketepatan pertumbuhan
laba.
BAB
V
KESIMPULAN
DAN SARAN
A.
KESIMPULAN
Berdasarkan urian dan penjelasan di atas, dapat disampaikan
kesimpulan sebagai berikut :
1.
Secara
parsial, variabel cash ratio (X3)
berpengaruh terhadap variabel perubahan laba untuk perusahaan pertambangan yang
terdaftar di BEI selama periode tahun 2009 – 2012, hal ini dapat dilihat dari
hasil uji parsial dimana nilai thitung > ttabel.
Sementara itu, untuk variabel current
ratio dan quick ratio tidak
berpengaruh secara parsial terhadap variabel dependen perubahan laba untuk
perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI selama periode tahun 2009 – 2012,
dimana nilai thitung < ttabel.
2.
Secara
simultan, variabel independen current
ratio, quick ratio, dan cash ratio
tidak berpengaruh secara simultan terhadap variabel dependen pertumbuhan laba
untuk perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI selama periode tahun 2009 –
2012, dimana hal ini dapat dilihat dari uji simultan nilai Fhitung <
Ftabel.
3.
Besarnya
koefisien determinasi untuk variabel penelitian ini diperoleh R = 0,789 sehingga mempunyai
hubungan yang erat antara variabel independen current
ratio, quick ratio, dan
cash ratio terhadap dependen pertumbuhan laba untuk perusahaan pertambangan yang terdaftar di
BEI selama periode tahun 2009 – 2012. Sementara itu,
besarnya persentase pengaruh yang diberikan oleh variabel independen (current ratio, quick ratio, dan cash
ratio) terhadap
dependen pertumbuhan laba untuk perusahaan
pertambangan yang terdaftar di BEI selama periode tahun 2009 – 2012 dapat
ditunjukkan pada nilai R Square (R2)
= 0,623 atau 62,30% sedangkan sisanya sebesar 37,70% dipengaruhi oleh variabel
lain diluar ruang lingkup penelitian yang dilakukan oleh peneliti.
B. KETERBATASAN PENELITIAN
Terdapat beberapa keterbatasan dalam
penelitian ini, berikut peneliti uraikan :
1. Dalam melakukan penelitian ini, peneliti
hanya mengambil jenis perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia, sehingga tidak mencerminkan pertumbuhan laba perusahaan secara
keseluruhan.
2. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil
sampel perusahaan pertambangan, yang rata-rata dalam kinerja keuangannya banyak
mengalami pertumbuhan laba yang menurun, sehingga hasil yang diperoleh
kemungkinan tidak konsisten dengan hasil penelitian sebelumnya.
3. Dalam penelitian ini, peneliti hanya
menggunakan rasio keuangan likuiditas yang terdiri dari current ratio, quick ratio, dan cash
ratio dalam meneliti pertumbuhan laba, yang kemungkinkan terdapat
rasio-rasio lain yang lebih berpengaruh terhadap pertumbuhan laba perusahaan.
4. Dalam penelitian ini, peneliti hanya
mengambil periode penelitian yang cukup pendek yaitu hanya empat tahun,
sehingga hasil yang diperoleh kemungkinan tidak mencerminkan pertumbuhan laba
secara keseluruhan.
C. SARAN
Adapun saran yang dapat disampaikan oleh
peneliti adalah :
- Bagi penelitian selanjutnya,
diharapkan dapat menambah jumlah perusahaan untuk dijadikan sampel agar
pertumbuhan laba dapat tercermin secara keseluruhan.
- Bagi penelitian selanjutnya,
diharapkan agar mengambil sampel perusahaan yang sangat produktif dalam
menghasilkan laba setiap periode tahunnya, agar mendapatkan hasil
penelitian yang lebih valid.
- Bagi penelitian selanjutnya,
diharapkan menambahkan rasio-rasio keuangan lainnya sebagai variabel
independen, karena sangat dimungkinkan rasio keuangan lain yang tidak
dimasukkan dalam penelitian ini berpengaruh terhadap pertumbuhan laba
perusahaan.
- Bagi penelitian selanjutnya
diharapkan agar dapat memperpanjang periode tahun pengamatan agar
mendapatkan hasil penelitian yang lebih valid.
- Bagi perusahaan pertambangan yang
terdaftar di BEI dimasa mendatang sebaiknya meningkatkan kemampuan
likuiditasnya dalam melaksanakan kegiatan usahanya, hal ini dimaksudkan
agar perusahaan mampu meningkatkan kemampuan dalam memenuhi kewajiban
jangka pendeknya untuk perkembangan dan kemajuan perusahaan tanpa
mengurangi ketepatan pertumbuhan laba.
- Perusahaan pertambangan sebaiknya
diharapkan agar dapat meningkatkan dan menjaga nilai persediaan dan uang kas agar tetap
stabil, hal ini dikarenakan persediaan dan uang kas merupakan unsur aktiva
lancar yang paling likuid dalam menutupi hutang lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Angkoso,
Willy Ciptadi. 2006. “Pengaruh Debt Ratio
dan Return On Equity Terhadap Pertumbuhan Laba di BEJ”, Skripsi Departemen
Ekonomi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negesri Semarang, Semarang.
Anis
Chariri dan Imam Ghozali, 2003. Teori Akuntansi,
Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.
Baridwan,
Zaki, 2001. Intermediate Accounting,
BPFE UGM, Yogyakarta.
Darsono
dan Ashari, 2005. Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan, Andi,
Jakarta.
Erlina
dan Sri Mulyani, 2007. Metodologi
Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen, USU Press, Medan.
Ermadiani
dan R Weddie Andriyanto, 2002. “Pengaruh
Likuiditas Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan PT. Kereta Api Indonesia
Eksploitasi Sumatera Selatan”. Skripsi Ekonomi Fakultas Ilmu Akuntansi
Univertas Sriwijaya, Palembang.
Ghozali,
Imam, 2005. Aplikasi Analisis
Multivariate dengan Program SPSS, Edisi Ketiga, Badan Penerbit Universitas
Diponegoro, Semarang.
Harahap,
Sofyan Syafri, 2004. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan, Cetakan
Keempat, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Meilina,
2008. “Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap
Laba Perusahaan Manufaktur Industry Barang Konsumsi yang Terdaftar di BEI”.
Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, Medan.
Merawaty,
Dian. 2005. “Analisis Rasio Keuangan
Terhadap Kinerja Perusahaan di Industry Food and Beverages yang Terdaftar di
BEI”. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, Medan.
Noor,
Juliansyah, 2012. Metode Penelitian:
Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah, Edisi Pertama. Cetakan ke-2.
Kencana Prenada Media Group, Jakarta.
Pedoman Penyusunan Skripsi. 2013. Yayasan Pendidikan
STIE Harapan Medan.
Priyatno,
Duwi. 2012. Cara Kilat Belajar Analisis
Data dengan SPSS 20. Edisi 1, Andi, Yogyakarta.
Riyanto,
Bambang. 2001. Dasar-dasar Pembelanjaan
Perusahaan. Edisi 4, BPFE, Yogyakarta.
Rochaety,
Ety, Ratih Tresnati dan H. A. Madjid Latief, 2007. Metodologi Penelitian
Bisnis: Dengan aplikasi SPSS, Edisi Pertama, Mitra Wacana Media, Jakarta.
Siagian.
2007. “Analisis Hubungan Rasio Likuiditas
Dengan Pertumbuhan Laba PT. PLN (PERSERO) Wilayah Sumatera Utara Cabang Kota
Medan”. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, Medan.
Sugiyono,
2006. Metode Penelitian Bisnis, CV. Alfabeta, Bandung.
Syamsuddin, Lukman, 2000. Manajemen Keuangan
Perusahaan: Konsep Aplikasi Dalam: Perencanaan, Pengawasan, dan Pengambilan
Keputusan, Edisi Baru, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta.
Takarini,
Nurjanti dan Erni Ekawati, 2003. Analisis
Rasio Keuangan dalam Memprediksi Laba Pada Perusahaan Manufaktur di Pasar Modal
Indonesia. Ventura, Vol. 6 No. 3.
Umar,
Husein, 2003. Metode Riset Akuntansi Terapan, Edisi Pertama, Ghalia
Indonesia, Jakarta.
Warsidi
dan Agus Pramuka. 2000. “Manfaat Rasio
Keuangan Dalam Memprediksi Pertumbuhan Laba”, Jurnal Akuntansi, Manajemen dan Ekonomi, Vol. 2 No.1.
Warren
Carl S, James M.Reeve dan Phillip E.Fees 2005, Pengantar Akuntansi, Edisi Dua Puluh Satu, Salemba Empat, Jakarta.
Cara memasukkan data dari ringkasan kinerja ke spss nya gimana kak?thanks
BalasHapus