Read, Enjoy and Comment...

Read, Enjoy and Comment...

Kamis, 29 Januari 2015

Samudera Di Atas Awan - Mahameru





Gumpalan asap putih terhampar di depan mata.
Bergulung-gulung layaknya ombak.
Terlihat amat lembut. Atau bahkan seperti gula kapas
Hanya saja warnanya begitu putih.
Begitu suci.
Rasanya ingin segera kuraih lalu ku bawa pulang.

Matahari malu-malu muncul dari ufuk timur,
Rona pipinya yang keemasan kini perlahan menghiasi langit.
Langit biru yang memanjakan mata
dari ketinggian yang tak dapat ku terka.




Jika saja dingin ini tak mengusik ku,
Maka ku pikir ini adalah samudra.
Jika saja bukan karena genggaman tanganmu,
Maka ku pikir kini aku telah berada disurga.

Betapa sempurna yang tergambar di depan mata.
Siapa lagi kalau bukan Tuhan sebagai penciptanya.
Hanya Tuhan yang dapat menghadirkan samudra di atas awan

Terpujilah Tuhan pencipta semesta alam,
Di Puncak tertinggi ini hamba lunturkan satu impian
Dimana lelah telah terbayar habis oleh salah satu karya megah dari Tuhan.


Semoga ku dapat kembali menyaksikan
Samudra di atas awan, Mahameru….


--today, 30 Jan 2015
teringat fotomu di puncak mahameru.

Selasa, 13 Januari 2015

Apa Aku Sedang Rindu



Apa aku sedang rindu?

dikepalaku terselip bayanganmu yang enggan sirna dan menetap disitu,
paru-paruku terasa sesak menginginkan rupamu,
suara sumbangmu yang selalu setia ku dengar sampai subuh,
ruang kosong di sela jemarimu yang ingin ku gengam selalu,
sentuhan telapak tanganmu di pipiku yang meski kasar namun selalu menjadi favoritku


Apa aku sedang rindu?
mata sendu yang berair ketika tak kunjung menatapmu,
bibir yang tak lupa berdoa dikala mata ingin terpejam agar dapat bertemu.



14januari2015

---Maaf, ternyata diam-diam aku masih suka rindu

Sabarlah...


Maaf jika ku tak bersikap ramah ketika kau sapa.
Jangan salahkan aku.
Jangan pula salahkan dirimu, bukan karna kau tak berlaku sopan dan tak baik padaku.

Salahkanlah ia.
Salahkan dia yang dulu pernah berkedok namamu menghampiriku,
Menyapaku hangat, mengajakku terbang, lalu menjatuhkan ku dengan keras.
Salahkanlah ia.
Salahkan dia yang kini membuatku terlalu posesif akan hadirmu.
Salahkanlah ia.
Salahkan dia yang kini membuatku merasa perlu mengambil jarak dengan mu.
Salahkanlah ia.
Salahkan dia yang kini telah membuatku merasa takut untuk beramahtamah lagi denganmu.
Salahkanlah ia.
Salahkan dia yang telah menanam suatu pernyataan dikepalaku, bahwa ‘kau akan datang sepaket dengan beribu rasa penyesalan’.

Maaf jika ku tak bersikap ramah ketika kau sapa.
Tapi, mau kah kau sedikit lebih bersabar?
Sampai benar ku buktikan sendiri, bahwa kau benar kau. Dan tak lagi hanya sekedar kedok ataupun topeng.

Maaf jika ku tak bersikap ramah ketika kau sapa.
Bersabarlah lagi.
Ku pastikan, aku akan benar benar menyambutmu dan mendekapmu hangat sampai seumur hidupku.
Setelah ku pastikan kau adalah kau.

Maaf jika ku tak bersikap ramah saat kau sapa.

Tapi, ku mohonlah agar kau tetap bersabar sedikit, wahai cinta.




02November 2014

Minggu, 11 Januari 2015

Sekarat


Kau picik!!!
Dengan angkuhmu, kau selipkan bulir racunmu mengudara.
Kau biarkan perlahan-lahap ku hirup.
Masuki rongga jantung, mengalir di sekujur tubuh bersama darah. 
Mendarah daging.
Kini kau puas melihat ku hidup dengan nafas-nafas namamu.

Kau picik!!!
Kau buat ku tak lagi berdaya.
Kau biusku dengan racunmu. Membuatnya terbiasa.
Nafas-nafas namamu kini menyiksaku.
Jika ku hirup namamu bersama udara ini aku terasa sakit.
Jika tak ku hirup maka aku yang akan mati.

Kau picik!!!

Kau antara ingin membunuhku, atau membuatku sekarat sampai akhir?


28April2013
--Berhentilah membuatku candu

3 Pedang


3 pedang, menghujam jantung
3 pedang,  telah tertancapkan pasti
3 pedang, sudah mencabik-cabiknya sampai habis
3 pedang, berhasil membuatnya muntah darah
3 pedang, yang telah mematikan denyutnya
Ketiganya berasal dari tangan yang sama

Ia latunkan kisahnya dengan mata berbinar-binar penuh harapan,
3 pedang malah kejam menepisnya dengan senyum sinis penuh angkuh
3 pedang mempermainkan kilau tajamnya siap untuk mencabik
Oh!! 3 pedang kini tepat terhunus di pusat jantung
Ia tak lagi utuh dan kokoh seperti sedia kala
Salahnya sendiri,
Satu, dua pedang terdahulu ia abaikan perihnya
Kini 3 pedang menyerangnya utuh
3 pedang telah terakar perih mati di nadinya
3 pedang terakar abadi
Ia sekarang hancur dan sekarat,
Perlahan-lahan bersama 3 pedang yang telah tersematkan di dalam jantungnya
Dengan ia sadar…. Ataupun tidak…
3 pedang sebagai cindera mata perih yang berasal dari tangan yang dulu ia puja.



01November2012
Untuk semua kesalahan yang selalu mampu termaafkan

Sabtu, 10 Januari 2015

Fav #03 Semoga Tidak Kamu Lagi - ZH


Ada rasa sedih saat melihatmu bahagia
Bukan karena aku tidak ingin kamu bahagia
Melainkan karena bukan aku yang membahagiakanmu 
Itu menyakitkan, seperti pukulan yang sebenarnya ingin buatku tersadar
Mungkin ini waktu untuk aku terpuruk
Supaya aku dapat melihat Tuhan memakai kenangan ini untuk buatku dipenuhi kesiapan
Sehingga doa dapat melahirkan semangat
Dan kemudian buatku bangkit
Namun ketahuilah sebelum aku sudah tak lagi mencintaimu
Ini darahku mengalir membawa bayang-bayangmu mengelilingi tubuhku 
Dan jantungku berdenting demi kau menari-nari di pikiranku
Ada satu hal yang sampai hari ini masih membuat aku bangga menjadi aku
Itu karena aku mampu terima kamu apa adanya
Aku meminta ampun kepada Tuhan
Sebab aku pernah berharap kalau suatu saat
Ketika angin menghempasku hilang dari daya ingatmu
Aku ingin tak pernah lagi menginjak bumi
Sebab hidup  jadi terasa bagaikan dinding yang dingin
Aku harus menjadi paku
Sebab kamu bagai lukisan dan cinta itu palunya
Memukul aku, memukul aku dan memukul aku sampai aku benar-benar menancap kuat.
Pada akhirnya, semoga, tidak kamu lagi yang aku lihat 
Sebagai satu-satunya cahaya di dalam pejamku sebelum pulas


--Zarry Hendrik

Fav #02 Selembar Masa Lalu - ZH


Selembar masa lalu
Di ingatanku
Menempel seperti permen karet di bagian bawah sepatu
Bikin pilu


Selembar masa lalu
Entah kenapa ada melulu
Baik di sepiku hingga duniaku
Namanya selalu kudengar di sejauh-jauhnya ku berlabuh
Dialah mantan kekasihku
Yang mencuci kakinya dihatiku
kemudian berlalu membawa separuh jiwaku


Hampa
Kumenghakimi hidup ini
Siapapun yang mencintaiku jadi percuma
Kini aku sendirian
Di antara segala hati yang peduli aku.


--Zarry Hendrik

Untittled








Mana?
Katamu, kau ingin bertengkar denganku seumur hidupmu sampai mati.

Mana?
Katamu, Sampai matipun kau tidak akan lelah terhadapku.

Mana?
Katamu, Kau tidak akan pernah menyerah.

Nyatanya, baru beberapa kalimat makian kau sudah mundur.
Nyatanya, baru beberapa teriakan kau sudah pergi.
Hilang,
Bohong.


Atau...
Jangan-jangan kau sudah mati?
Tapi dimana nisanmu?


Atau...
Kau berpura-pura mati?
Dengan menaruh nisan mu disetiap mimpiku


Jumat, 09 Januari 2015

Kepada Kamu….



Kepada Kamu,
            Baik ini mungkin memalukan, setidaknya bagi diriku sendiri. Aku akan menceritakan, menjabarkan seperti apa kondisi hati dan kepalaku tentang rasa yang tidak wajar di akal sehat ini. Aku merasa terselubung kabut merah muda kala pertama kalinya tanganmu membentang peluk hangat ragaku.
Oh!!! Tunggu, jantungku berdebar tak wajar dari balik penjara rusuknya tiap kali mengingat ini kembali.


Kepada Kamu,
            Ya… aku ingat pertama kalinya kau membiarkan aku terlelap nyaman dan hangat di bahumu. Dan kita membiarkan denyut jantung kita saling memainkan melodinya dalam sunyi malam.



Kepada kamu,
            Yang dapat merubah raut kaku wajahku ketika berada di pelukmu pertama kalinya, dengan usapan lembut jemarimu tepat dihelai-helai rambutku. Merubahnya menjadi tenang. Menginginkan untuk lama-lama dibuai.
Oh!!! Kau tahu? Aku serasa kembali seperti bayi yang selalu ingin kau manja.



Kepada kamu,
            Yang secara perlahan mengecup bibirku. Yang sentuhannya bagai jentikan kecil menyuruhku untuk ikut membalasnya juga. Jantungku seolah ingin berdenyut seperlahan mungkin. Ia takut berdetak dan menyadarkanmu dalam pelukku, dan memilih melepasnya.
Oh!!! Sungguh kau membuat seakan aku lupa akan adanya gravitasi bumi ini.


Kepada Kamu,
            Yang membuat aku tak perduli lagi akan dingin yang menyerang tulang, karena ada nafasmu yang menghangatinya.


Kepada Kamu,
            Yang pada malam itu sungguh tidak seperti malam yang biasanya yang selalu ingin ku ganti segera dengan fajar. Aku tidak ingin ada hari esok. Aku ingin tetap di waktu itu, di malam itu, di pelukanmu. Tetap dan tinggal. Namun aku tahu, waktu tak mungkin berhenti, waktu tak mungkin melambat. Mereka bukan punya kita, tapi sang pencipta.

Kepada Kamu,
            Entah apa yang terjadi di depan nanti, aku berterima kasih. Kau sudah memberiku ingatan tentang rasa asmara. Pada rasa yang telah menghilangkan air penantian. Terima kasih telah memberiku kesempatan merasakan hangat ragamu. Terima kasih kau membuatnya menjadi nyata bukan sekedar angan. Mungkin kau tak menyadari, bahwa kau asal dari bingkai indah senyumku di hari-hari kedepan. Akan aku ingat harum hangat ragamu di dalam laci hatiku tersendiri, secara istimewa.


Kepada Kamu,
            Jika memang dikehendaki oleh-Nya, semoga benar aku yang akan selalu menemani tiap langkahmu selamanya. Nanti sampai menua.





--FIN—

26Sepetember2012, Aku kekasih hidupmu di masa depan, insya allah. 



Aku punya langit cinta yang siap menghujanimu.
Tetapi kau malah merasa ada di atas awan.
Sayang, sambil kau acuh dan mengabaikan hadirnya aku disini,
maukah sebentar saja kau menoleh ke arahku untuk melihat
betapa aku bodoh sekali??

Aku tidak mengerti dan jadi lebih banyak bilang mengapa.
Terkadang entah, terkadang ya sudah. Sekarang apa maumu?
Melihatku menangis menjerit-jerit tetapi sambil memberimu tepuk tangan?
Karena kau hebat, Sayang. Hebat.
Sadarilah tentang betapa hebatnya kau bersandiwara
hingga aku jadi bahagia setengah mati?



----Zarry Hendrik 


Anonim

Sekali lagi. 
Kau telah membuktikan kepadanya, kepadaku bahwa setiamu itu hanya sebatas kata.
Tak benar-benar kau perbuat sebagaimana semestinya.
Dan kini aku telanjur merasa kasihan dengannya.
Sebab kau tega.
Kau mencintaiku secara sembunyi-sembunyi dibelakangnya.
Sebab kau tega.
Kau menyebut namaku, ketika kau mencumbunya.

Kau tau?
Kau terlalu suka aku seperti paru-paru suka udara, kodok suka hujan,
Kilat suka petir, dan laut suka ombak.
Dan itu buatku sungguh suka besar kepala.

Aku tidak akan pernah menyuruhmu untuk memilih.
Dan kalau pun ya…
Aku memilih untuk tidak dipilih mu.
Sebab, aku hanya menganggapmu seperti anak kecil yang selalu tertarik dengan mainan robot-robotan atau mobil Tamiya terbaru.


Dan maaf…
Maaf pesanmu baru ku balas.
Sebab aku terlalu sibuk.
Sibuk membuatmu untuk merasa gelisah menungguku membalas pesanmu.

Semoga Masih Ada Jalan



Semoga masih ada jalan untuk kita kembali.
Terserah apapun alasan itu, yang penting kembali saja.
Cukup kembali saja!
Toh disana juga tak begitu membuatmu senang.


Semoga masih ada jalan untuk kita kembali.
Lupakan saja sikap acuhku.
Lupakan saja tangisku.
Lupakan saja segala sumpah sarapah ku.


Semoga masih ada jalan untuk kita kembali.
Sebab kini ku sadar,
Menyalahkanmu pun tak kunjung membuatku lebih baik.
Melupakanmu pun tak juga buatku bahagia.


Semoga masih ada jalan untuk kita kembali.
Aku benci dengan keadaan ini.
Aku sudah lelah dengan keadaan berpura-pura ‘ku bahagia tanpamu.’
Pun ku yakin kau juga lelah dengan keadaan itu.


Jadi, apa yang kita tunggu…?
Semoga benar masih ada jalan untuk kita kembali.




5 januari 2015
Entah kenapa hari ini aku rindu sekali….