Tasya, cewek
cantik namun minderan sudah lama naksir seorang cowok bernama Romi teman
sekelasnya semasa SMA. Tasya sudah berobsesi lama kepengen banget jadi pacarnya
Romi semenjak mereka sama sama duduk di bangku kelas 2 SMA. Namun tasya tidak
pernah pede untuk berbicara dan menyapa Romi secara langsung. Dia hanya terus
menerus mengagumi sosok Romi diam diam. Romi sendiri memang tipe cowok cool nan
kece yang gampang banget ditaksir oleh cewek-cewek pada umumnya. Harga jual
Romi itu adalah senyumnya yang mempesona. Hanya dengan sebuah senyuman dari
seorang Romi, seluruh cewek pasti bakalan klepek-klepek dibuatnya. Terlebih
lagi Tasya, baginya Romi adalah cowok sempurna yang pernah ada. Justin
timberlake, Orlando Bloom, Tom Cruise bagi Tasya mereka itu belum ada apa
apanya di bandingkan Romi (oke… ini sedikit lebay). Siapapun yang berhasil
menjadi pacarnya Romi dia adalah cewek yang paling beruntung didunia. Bahkan
Tasya pernah berikrar bahwa dia tidak mau apa-apa lagi di dunia ini selain Romi
(…..@x!$cg%&gRt).
Dan kali ini
nasib sedikit berpihak kepada Tasya. Setelah setahun menaksir Romi diam-diam,
kali ini Tasya mendapat kesempatan untuk dekat dengan Romi. Entah bagaimana
awalnya, kini Romi sering sekali menyapa Tasya. Tentu saja kesempatan ini tidak
dilewatkan begitu saja oleh Tasya. Hampir setiap hari, Tasya selalu mencari
cara agar bias selalu berkomunikasi dengan Romi, baik hanya sekedar menanyakan
catatan, PR, apasajalah yang bias jadi bahan pembicaraannya dengan Romi. Dan
perlahan-lahan tasya pun tidak minder lagi untuk menyapa Romi. Sebulan, dua
bulan berlalu hubungn mereka kian hari kian akrab. Hingga pada akhirnya Romi
tiba-tiba dengan santainya mengajak Tasya untuk berpacaran ketika mereka sedang
mengerjakan tugas kelompok di perpustakaan. Sungguh jauh dari pemikiran Tasya,
bahwa Romi mengajaknya berpacaran semudah itu, seperti layaknya membeli kacang
goreng. Jauh dipemikiran Tasya bahwa Romi akan membawakannya seikat bunga mawar
merah, dan berlutut menembaknya untuk menjadi pacarnya. Bahkan Tasya tidak
percaya bahwa saat ini Romi benar-benar mengajaknya berpacaran. Tasya menduga
Romi pasti hanyalah bergurau.
Setelah
kejadian Romi menembak Tasya di perpus, dan Tasya mengira Romi hanya bercanda.
Secara perlahan-lahan Romi kini menjauh dari Tasya. Entah karena merasa bahwa
dirinya udah di tolak Tasya kemarin, atau memang karena Romi lagi PDKT sama
cewek lain. Ya memang Romi sekarang sedang dikabarkan bahwa sedag berusaha PDKT
dengan Cyntia anak kelas sebelah. Menyadari hal ini, Tasya merasa kesel dan
menyesal minta ampun. Dia merasa sangat bodoh dan terlalu naif tentang
peristiwa yang terjadi diperpus itu. Dan terlebih lagi, Tasya mendengar bahwa
Romi sedang mendekati Cyntia. Timbul rasa amarah dan sesal muncul dari dalam
diri Tasya. Benar saja, beberapa minggu kemudian, Romi telah dikabarkan
berpacaran dengan Cyntia. Kembali lagi lah Tasya yang hanya bisa menahan
cemburu dan kembali memendam rasa sukanya kepada Romi sampai akhirnya Tasya
lulus di bangu SMA. 4 tahun
setelah lulus SMA, Tasya kini sangat bersyukur bahwa perjalanan karir dan
studinya cukup baik setelah ia lulus SMA, meskipun perjalanan cintanya tak
semulus karir dan pendidikannya. Tasya sekarang sedang menyelesaikan studi
akhir S1 nya. Dan ia kini juga telah bekerja di salah satu bank swasta sebagai
teller, yang dapat membiayai biaya studi S1nya sendiri selama ini. Selama 4
tahun ini pula Tasya tak pernah lagi bertemu dengan Romi. Cowok yang begitu ia
puja semasa SMA. Meskipun tak pernah bertemu, tapi Tasya selalu tahu kabar apa
saja tentang Romi. Dan satu-satunya kabar yang paling membuatnya ia kecewa,
bahwa Romi sampai sekarang, masih berpacaran dengan Cyntia. Dalam hati Tasya
sering bergumam, seandainya ia tak menganggap remeh penyataan Romi untuk
meminta Tasya menjad pacarnya, mungkin sampai saat ini bukan Cyntia yang ada
disamping Romi. Melainkan dirinya. Rasa sesal kembali muncul setiap Tasya
mendengar nama Romi. Bagaima tidak, Romi yang begitu selalu ia puja dan ia
khayalkan setiap hari hingga sekarang.
Pada suatu
saat, SMA Tasya mengadakan acara reunion. Ini berarti merupakan salah satu
kesempatan bagi Tasya untuk bertemu lagi dengan Romi. Seperti apa Romi
sekarang?? Berjuta khayalan menghinggap di benak Tasya. Pasti Romi sekarang
terlihat lebih keren dan semakin dewasa pikirnya. Tak sabar rasanya Tasya ingin
bertemu dengan Romi segera. Acara reunian
itu pun datang. Tasya dengan tidak sabar ingin melihat Romi. Begitu tiba di
tempat acara, Tasya memandang di tiap-tiap sudut mecari sosok Romi. Hingga
tatapan Tasya berhenti ke salah satu sudut ruangan. Tasya melihat seorang
laki-laki yang berdiri memukau dirinya seperti biasa. Memakai jins biru dongker
dan kemeja. Sosok itu yang selalu ia puja. Sosok yang begitu sempurna
dimatanya. Ya itu adalah Romi. Tak ada yang berubah dari Romi. Dia masih
terlihat keren dan sangat kece. Dan senyumannya juga tidak berubah. Senyuman
yang selalu membuat Tasya ingin pingsan melihatnya. Romi melihat Tasya, dan
tersenyum. Tasya membalasnya dengan perasaan yang begitu berbunga-bunga. Tasya
lalu turut bergabung dengan teman teman dekatnya semasa SMA dulu. Bercerita
tentang apa saja yang telah mereka lalui setelah tamat SMa. Ada yang berhasil
masuk PTN impian, ada yang telah bekerja, dan bahkan ada yang membuka bisnis
sendiri. Bahkan Tasya sendiri tidak percaya teman-temannya kini bisa sesukses
ini sekarang. Tasya turut bangga akan dirinya sendiri di depan teman-temannya
karena ia telah berhasil membiayai kuliah S1 nya sendiri, dari hasil
keringatnya sendiri. Reuni memang selalu menyenangkan, pikirnya. Romi
menghampiri Tasya. Tasya menyapanya dengan menanyakan kabar. Dan mereka pun
kini berbincang-bincang. Tasya menanyakan apa saja kegiatan Romi setelah mereka
lulus SMA. Romi bercerita, bahwa kini dia tidak sedang melakukan kegiatan
apa-apa. Dulu setahun setelah tamat SMA, Romi sempat berkuliah, namun kuliahnya
putus begitu saja di semester 3 dikarenakan Romi jarang sekali masuk kelas
karena sulitnya untuk bangun pagi. Dan sampai kini Romi ternyata tidak bekerja.
Romi bercerita hidupnya masih seperti dulu, yang masing sering nongkrong disana
sini. Tasya sempat bertanya, mengapa kalau tidak berkuliah, Romi tidak bekerja
saja. Romi berkata, hal itu untuk saat ini ia rasa belum perlu. Romi masih
merasakan hidupnya yang enak dan bergelimang harta, tanpa harus bersusah kesana
kemari mencari nafkah. Entah kenapa Tasya mendengarnya menjadi sedih.
Ternyata Romi
bukanlah sesempurna sosok yang ia bayangkan sebelumnya. Romi yang sekarang
entah kenapa menjadi terlihat sangat biasa di mata Tasya. Ternyata Romi tak
sespesial yang dulu pernah ia bayangkan. Lantas Tasya kembali berfikir dan
menanyakan suatu hal kedalam hatinya. Apa yang dulu ia kagumi dari sosok Romi?
Ternyata tidak ada sama sekali. Romi hanyalah seorang anak laki-laki
pengangguran gak jelas, yang kebetulan punya tampang cakep, dan senyuman yang
menawan serta bapaknya yang kaya raya. Romi benar-benar biasa. Sangat biasa.
Tidak sesempurna yang Tasya pikirkan sebelumnya. Malah Tasya kini merasa
kasihan terhadap Romi, disaat teman-teman yang lain telah siap menyongsong
kesuksesan masa depan, tapi Romi malah masih terlena akan berlimpahnya harta
orang tua. Tasya merasa hidupnya lebih baik ketimbang Romi, meskipun ia harus
berjuang mati-matian demi membiayai kuliah S1 nya. Tapi ini menjadi suatu
kebanggan bagi Tasya. Dan Tasya akhirnya juga sadar, bahwa yang ia rasakan
terhadap Romi dahulu, ternyata hanyalah sebatas obesesi. Obsesi karena saat di
bangku SMA, Romi lah satu-satunya laki-laki yang mejadi pusat perhatian seluruh
cewek di sekolahnya. Dan hal ini pula yang memacu dirinya untuk ikut-ikutan
melirik sosok Romi saat itu. Dan kini, Tasya hanya bisa tersenyum-senyum geli,
ketika ia mengingat bagaimana konyol nya ia dahulu, begitu memuja Romi dan
mengejar Romi mati-matian di masa SMA.
*****
Nah seperti cerita diatas, tak jarang kita melihat
fenomena cewek naksir cowok mati-matian.
Berkata bahwa cowok itu adalah sosok
paling sempurna yang ada dunia.
Si A itu
cocoknya sama aku.
Duuuuhhh…
beruntung banget si B bisa pacaran sama si A.
Cuma si A
yang bisa buat aku bahagia di dunia ini.
Plisss deh… not body’s perfect!!
Jujur gue kadang heran, dengan orang yang cinta
mati-matian terhadap pasangannya, bahkan melebihi cintanya kepada orang tuanya
sendiri.
Contoh nih,
lo mau pergi nonton bareng temen, lo pamit sama
nyokap lo. Dan nyokap lo ngijinin. Dan lo juga pamitan sama pacar lo, eh tapi
pacar lo enggak ngijinin. Elo nurut, dan akhirnya elo batal pergi nonton.
terus suatu hari elo mau pergi bareng pacar lo
liburan keluar kota beberapa hari. Elo minta ijin ke nyokap bokap lo. Eh tapi
nyokap bokap lo enggak ngijinin. Elo ngambek, pake ngancem-ngancem klo enggak
diijinin elo bakalan kabur dari rumah.
Pasti sering nih kejadian yang begini, giliran
pacar yang ngelarang nurut, giliran orang tua yang ngelarang pasti berontak.
Pacarlu itu, juga manusia biasa kaliiii. Masa iya elu lebih nurut sama pacar
elu ketimbang orang tua lu sendiri yang udah ngelahirin elu?
So, the point is…
Cintailah seseorang itu seadanya. Jangan terlalu
berlebihan.
Cinta yang berlebihan itu enggak sehat banget….!!
Mereka juga manusia kok. Manusia biasa. Bisa napas,
bisa kentut, bisa boker juga.
Meskipun beberapa pepatah mengatakan, bahwa “cinta
itu buta”…
Tapi menurut gue, cintalah yang telah membutakan
kita.
Jangan pernah terlalu mengharapkan seseorang yang
telalu berlebihan.
He’s not perfect like you think before…..!!!
Selidiki latar belakangnya, wataknya, dan sifat
sifatnya.
Tampang dan harta tak selalu menjadi jaminan.
Memiliki kemauan bekerja keras, dan rasa tanggung
jawab yang besar itu lebih baik nantinya.
Karena sesungguhnya inner beauty itu lebih penting
daripada kecantikan rupa..
^_^
mohon maaf klo ada yang kurang berkenan...
ini cuma tanggepan gue dari curhatan seorang temen kok
:))