Read, Enjoy and Comment...

Read, Enjoy and Comment...

Minggu, 12 Oktober 2014

he’s not perfect like you think before…


   Tasya, cewek cantik namun minderan sudah lama naksir seorang cowok bernama Romi teman sekelasnya semasa SMA. Tasya sudah berobsesi lama kepengen banget jadi pacarnya Romi semenjak mereka sama sama duduk di bangku kelas 2 SMA. Namun tasya tidak pernah pede untuk berbicara dan menyapa Romi secara langsung. Dia hanya terus menerus mengagumi sosok Romi diam diam. Romi sendiri memang tipe cowok cool nan kece yang gampang banget ditaksir oleh cewek-cewek pada umumnya. Harga jual Romi itu adalah senyumnya yang mempesona. Hanya dengan sebuah senyuman dari seorang Romi, seluruh cewek pasti bakalan klepek-klepek dibuatnya. Terlebih lagi Tasya, baginya Romi adalah cowok sempurna yang pernah ada. Justin timberlake, Orlando Bloom, Tom Cruise bagi Tasya mereka itu belum ada apa apanya di bandingkan Romi (oke… ini sedikit lebay). Siapapun yang berhasil menjadi pacarnya Romi dia adalah cewek yang paling beruntung didunia. Bahkan Tasya pernah berikrar bahwa dia tidak mau apa-apa lagi di dunia ini selain Romi (…..@x!$cg%&gRt). 


   Dan kali ini nasib sedikit berpihak kepada Tasya. Setelah setahun menaksir Romi diam-diam, kali ini Tasya mendapat kesempatan untuk dekat dengan Romi. Entah bagaimana awalnya, kini Romi sering sekali menyapa Tasya. Tentu saja kesempatan ini tidak dilewatkan begitu saja oleh Tasya. Hampir setiap hari, Tasya selalu mencari cara agar bias selalu berkomunikasi dengan Romi, baik hanya sekedar menanyakan catatan, PR, apasajalah yang bias jadi bahan pembicaraannya dengan Romi. Dan perlahan-lahan tasya pun tidak minder lagi untuk menyapa Romi. Sebulan, dua bulan berlalu hubungn mereka kian hari kian akrab. Hingga pada akhirnya Romi tiba-tiba dengan santainya mengajak Tasya untuk berpacaran ketika mereka sedang mengerjakan tugas kelompok di perpustakaan. Sungguh jauh dari pemikiran Tasya, bahwa Romi mengajaknya berpacaran semudah itu, seperti layaknya membeli kacang goreng. Jauh dipemikiran Tasya bahwa Romi akan membawakannya seikat bunga mawar merah, dan berlutut menembaknya untuk menjadi pacarnya. Bahkan Tasya tidak percaya bahwa saat ini Romi benar-benar mengajaknya berpacaran. Tasya menduga Romi pasti hanyalah bergurau.


   Setelah kejadian Romi menembak Tasya di perpus, dan Tasya mengira Romi hanya bercanda. Secara perlahan-lahan Romi kini menjauh dari Tasya. Entah karena merasa bahwa dirinya udah di tolak Tasya kemarin, atau memang karena Romi lagi PDKT sama cewek lain. Ya memang Romi sekarang sedang dikabarkan bahwa sedag berusaha PDKT dengan Cyntia anak kelas sebelah. Menyadari hal ini, Tasya merasa kesel dan menyesal minta ampun. Dia merasa sangat bodoh dan terlalu naif tentang peristiwa yang terjadi diperpus itu. Dan terlebih lagi, Tasya mendengar bahwa Romi sedang mendekati Cyntia. Timbul rasa amarah dan sesal muncul dari dalam diri Tasya. Benar saja, beberapa minggu kemudian, Romi telah dikabarkan berpacaran dengan Cyntia. Kembali lagi lah Tasya yang hanya bisa menahan cemburu dan kembali memendam rasa sukanya kepada Romi sampai akhirnya Tasya lulus di bangu SMA. 4 tahun setelah lulus SMA, Tasya kini sangat bersyukur bahwa perjalanan karir dan studinya cukup baik setelah ia lulus SMA, meskipun perjalanan cintanya tak semulus karir dan pendidikannya. Tasya sekarang sedang menyelesaikan studi akhir S1 nya. Dan ia kini juga telah bekerja di salah satu bank swasta sebagai teller, yang dapat membiayai biaya studi S1nya sendiri selama ini. Selama 4 tahun ini pula Tasya tak pernah lagi bertemu dengan Romi. Cowok yang begitu ia puja semasa SMA. Meskipun tak pernah bertemu, tapi Tasya selalu tahu kabar apa saja tentang Romi. Dan satu-satunya kabar yang paling membuatnya ia kecewa, bahwa Romi sampai sekarang, masih berpacaran dengan Cyntia. Dalam hati Tasya sering bergumam, seandainya ia tak menganggap remeh penyataan Romi untuk meminta Tasya menjad pacarnya, mungkin sampai saat ini bukan Cyntia yang ada disamping Romi. Melainkan dirinya. Rasa sesal kembali muncul setiap Tasya mendengar nama Romi. Bagaima tidak, Romi yang begitu selalu ia puja dan ia khayalkan setiap hari hingga sekarang.


   Pada suatu saat, SMA Tasya mengadakan acara reunion. Ini berarti merupakan salah satu kesempatan bagi Tasya untuk bertemu lagi dengan Romi. Seperti apa Romi sekarang?? Berjuta khayalan menghinggap di benak Tasya. Pasti Romi sekarang terlihat lebih keren dan semakin dewasa pikirnya. Tak sabar rasanya Tasya ingin bertemu dengan Romi segera. Acara reunian itu pun datang. Tasya dengan tidak sabar ingin melihat Romi. Begitu tiba di tempat acara, Tasya memandang di tiap-tiap sudut mecari sosok Romi. Hingga tatapan Tasya berhenti ke salah satu sudut ruangan. Tasya melihat seorang laki-laki yang berdiri memukau dirinya seperti biasa. Memakai jins biru dongker dan kemeja. Sosok itu yang selalu ia puja. Sosok yang begitu sempurna dimatanya. Ya itu adalah Romi. Tak ada yang berubah dari Romi. Dia masih terlihat keren dan sangat kece. Dan senyumannya juga tidak berubah. Senyuman yang selalu membuat Tasya ingin pingsan melihatnya. Romi melihat Tasya, dan tersenyum. Tasya membalasnya dengan perasaan yang begitu berbunga-bunga. Tasya lalu turut bergabung dengan teman teman dekatnya semasa SMA dulu. Bercerita tentang apa saja yang telah mereka lalui setelah tamat SMa. Ada yang berhasil masuk PTN impian, ada yang telah bekerja, dan bahkan ada yang membuka bisnis sendiri. Bahkan Tasya sendiri tidak percaya teman-temannya kini bisa sesukses ini sekarang. Tasya turut bangga akan dirinya sendiri di depan teman-temannya karena ia telah berhasil membiayai kuliah S1 nya sendiri, dari hasil keringatnya sendiri. Reuni memang selalu menyenangkan, pikirnya. Romi menghampiri Tasya. Tasya menyapanya dengan menanyakan kabar. Dan mereka pun kini berbincang-bincang. Tasya menanyakan apa saja kegiatan Romi setelah mereka lulus SMA. Romi bercerita, bahwa kini dia tidak sedang melakukan kegiatan apa-apa. Dulu setahun setelah tamat SMA, Romi sempat berkuliah, namun kuliahnya putus begitu saja di semester 3 dikarenakan Romi jarang sekali masuk kelas karena sulitnya untuk bangun pagi. Dan sampai kini Romi ternyata tidak bekerja. Romi bercerita hidupnya masih seperti dulu, yang masing sering nongkrong disana sini. Tasya sempat bertanya, mengapa kalau tidak berkuliah, Romi tidak bekerja saja. Romi berkata, hal itu untuk saat ini ia rasa belum perlu. Romi masih merasakan hidupnya yang enak dan bergelimang harta, tanpa harus bersusah kesana kemari mencari nafkah. Entah kenapa Tasya mendengarnya menjadi sedih.


   Ternyata Romi bukanlah sesempurna sosok yang ia bayangkan sebelumnya. Romi yang sekarang entah kenapa menjadi terlihat sangat biasa di mata Tasya. Ternyata Romi tak sespesial yang dulu pernah ia bayangkan. Lantas Tasya kembali berfikir dan menanyakan suatu hal kedalam hatinya. Apa yang dulu ia kagumi dari sosok Romi? Ternyata tidak ada sama sekali. Romi hanyalah seorang anak laki-laki pengangguran gak jelas, yang kebetulan punya tampang cakep, dan senyuman yang menawan serta bapaknya yang kaya raya. Romi benar-benar biasa. Sangat biasa. Tidak sesempurna yang Tasya pikirkan sebelumnya. Malah Tasya kini merasa kasihan terhadap Romi, disaat teman-teman yang lain telah siap menyongsong kesuksesan masa depan, tapi Romi malah masih terlena akan berlimpahnya harta orang tua. Tasya merasa hidupnya lebih baik ketimbang Romi, meskipun ia harus berjuang mati-matian demi membiayai kuliah S1 nya. Tapi ini menjadi suatu kebanggan bagi Tasya. Dan Tasya akhirnya juga sadar, bahwa yang ia rasakan terhadap Romi dahulu, ternyata hanyalah sebatas obesesi. Obsesi karena saat di bangku SMA, Romi lah satu-satunya laki-laki yang mejadi pusat perhatian seluruh cewek di sekolahnya. Dan hal ini pula yang memacu dirinya untuk ikut-ikutan melirik sosok Romi saat itu. Dan kini, Tasya hanya bisa tersenyum-senyum geli, ketika ia mengingat bagaimana konyol nya ia dahulu, begitu memuja Romi dan mengejar Romi mati-matian di masa SMA.

***** 



Nah seperti cerita diatas, tak jarang kita melihat fenomena cewek naksir cowok mati-matian. 
Berkata bahwa cowok itu adalah sosok paling sempurna yang ada dunia.

Si A itu cocoknya sama aku.
Duuuuhhh… beruntung banget si B bisa pacaran sama si A.
Cuma si A yang bisa buat aku bahagia di dunia ini.


Plisss deh… not body’s perfect!!
Jujur gue kadang heran, dengan orang yang cinta mati-matian terhadap pasangannya, bahkan melebihi cintanya kepada orang tuanya sendiri.

Contoh nih,
lo mau pergi nonton bareng temen, lo pamit sama nyokap lo. Dan nyokap lo ngijinin. Dan lo juga pamitan sama pacar lo, eh tapi pacar lo enggak ngijinin. Elo nurut, dan akhirnya elo batal pergi nonton.

terus suatu hari elo mau pergi bareng pacar lo liburan keluar kota beberapa hari. Elo minta ijin ke nyokap bokap lo. Eh tapi nyokap bokap lo enggak ngijinin. Elo ngambek, pake ngancem-ngancem klo enggak diijinin elo bakalan kabur dari rumah.

Pasti sering nih kejadian yang begini, giliran pacar yang ngelarang nurut, giliran orang tua yang ngelarang pasti berontak. Pacarlu itu, juga manusia biasa kaliiii. Masa iya elu lebih nurut sama pacar elu ketimbang orang tua lu sendiri yang udah ngelahirin elu?


So, the point is…
Cintailah seseorang itu seadanya. Jangan terlalu berlebihan.
Cinta yang berlebihan itu enggak sehat banget….!!

Mereka juga manusia kok. Manusia biasa. Bisa napas, bisa kentut, bisa boker juga.

Meskipun beberapa pepatah mengatakan, bahwa “cinta itu buta”…
Tapi menurut gue, cintalah yang telah membutakan kita.
Jangan pernah terlalu mengharapkan seseorang yang telalu berlebihan.

He’s not perfect like you think before…..!!!
Selidiki latar belakangnya, wataknya, dan sifat sifatnya.
Tampang dan harta tak selalu menjadi jaminan.
Memiliki kemauan bekerja keras, dan rasa tanggung jawab yang besar itu lebih baik nantinya.
Karena sesungguhnya inner beauty itu lebih penting daripada kecantikan rupa..

^_^




mohon maaf klo ada yang kurang berkenan...
ini cuma tanggepan gue dari curhatan seorang temen kok
:))

Tidak ada komentar:

Posting Komentar