Aku punya
langit cinta yang siap menghujanimu.
Tetapi kau
malah merasa ada di atas awan.
Sayang,
sambil kau acuh dan mengabaikan hadirnya aku disini,
maukah
sebentar saja kau menoleh ke arahku untuk melihat
betapa aku
bodoh sekali??
Aku tidak
mengerti dan jadi lebih banyak bilang mengapa.
Terkadang
entah, terkadang ya sudah. Sekarang apa maumu?
Melihatku
menangis menjerit-jerit tetapi sambil memberimu tepuk tangan?
Karena kau
hebat, Sayang. Hebat.
Sadarilah
tentang betapa hebatnya kau bersandiwara
hingga aku
jadi bahagia setengah mati?
----Zarry Hendrik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar